MAKALAH ALAT MUSIK TRADISIONAL SUKU MINANGKABAU


MAKALAH
ALAT MUSIK TRADISIONAL
SUKU MINANGKABAU



Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Manusia dan Kebudayaan Indonesia








Oleh :
Sefila Osie Arzani       (2101411034)
Rombel 02 PBSI




BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012
ALAT MUSIK TRADISIONAL MINANGKABAU



1.      Saluang

                                          https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpDyVTn5LHuwKaKJsym3aTYgeqrYrfUCAz_b_9qFnUq5BcTsRHNWNT6NZxzV1WUOEWiOHo8AbVkm_bOQp2-w_XuiEWZu4Or_MoNqHK-0MM-Jt3fJf3h-kKgAUc5UyImUdEcxOIMIAudZo/s320/saluang.jpg

            Masyarakat Minangkabau memiliki berbagai macam atraksi dan kesenian, seperti tari-tarian yang biasa ditampilkan dalam pesta adat maupun perkawinan. Di antara tari-tarian tersebut misalnya tari pasambahan yang dimainkan sebagai ucapan selamat datang ataupun ungkapan rasa hormat kepada tamu istimewa yang baru saja sampai. Kemudian ada Tari Piring dimana bentuk tarian dengan gerak cepat dari para penarinya sambil memegang piring pada telapak tangan masing-masing, yang diiringi dengan lagu yang dimainkan oleh talempong dan saluang.
            Alat ini termasuk dari golongan alat musik suling, tapi lebih sederhana pembuatannya, cukup dengan melubangi talang dengan empat lubang. Panjang saluang kira-kira 40-60 cm, dengan diameter 3-4 cm. Adapun kegunaan lain dari talang adalah wadah untuk membuat lemang, salah satu makanan tradisional Minangkabau. Pemain saluang legendaris bernama Idris Sutan Sati dengan penyanyinya Syamsimar.
            Keutamaan para pemain saluang ini adalah dapat memainkan saluang dengan meniup dan menarik nafas bersamaan, sehingga peniup saluang dapat memainkan alat musik itu dari awal dari akhir lagu tanpa putus. Cara pernafasan ini dikembangkan dengan latihan yang terus menerus. Teknik ini dinamakan juga sebagai teknik manyisiahkan angok (menyisihkan nafas).
            Tiap nagari di Minangkabau mengembangkan cara meniup saluang, sehingga masing-masing nagari memiliki style tersendiri. Contoh dari style itu adalah Singgalang, Pariaman, Solok Salayo, Koto Tuo, Suayan dan Pauah. Style Singgalang dianggap cukup sulit dimainkan oleh pemula, dan biasanya nada Singgalang ini dimainkan pada awal lagu. Style yang paling sedih bunyinya adalah Ratok Solok dari daerah Solok.
            Dahulu, kabarnya pemain saluang ini memiliki mantera tersendiri yang berguna untuk menghipnotis penontonnya. Mantera itu dinamakan Pitunang Nabi Daud. Isi dari mantera itu kira-kira : Aku malapehan pituang Nabi Daud, buruang tabang tatagun-tagun, aia mailia tahanti-hanti, takajuik bidodari di dalam sarugo mandanga bunyi saluang ambo, kununlah anak sidang manusia...... dan seterusnya.
2.      Bansi

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrnHV0Xujog_Qv-zYAtQiVy6HqbHoM-QXWT5H7Mg6ClY-2BdiNJauE4PdNyXcTlJuDlfTT_b45yFS4rCGv5ZYhlu-BdmjzaEuBGx8TGXGwuLc98I5Efw2chuaPz9kj2WoZhgExyPufbO8/s320/bansi.jpg

            Bansi Bentuknya Pendek dan memiliki 7 lubang dan dapat memainkan lagu-lagu tradisional maupun modern karena memiliki nada standar. Setelah tahu bentuknya lalu saya coba untuk belajar bansi terlebih dahulu karena mudah, saya bawakan musik bansi yang ada dalam tari pasambahan, dan lumayan mudah. Untuk saluang, sampai saat ini masih belajar dengan keras karena saya anggap orang yang mahir di saluang berarti untuk alat musik tiuplainnya pasti mudah.
            Saat ini saluang lah yang saya anggap mempunyai tingkat kesulitan yang tinggi dalam memainkannya. Hanya orang-orang yang mempunyai perasaan yang lembut dan menjiwai terhadap apa yang di bunyikannya.

3.      Talempong


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfTD5cz6VGMfwDq4SBZiaWjTMhEaWnaiTOOvLqEIX9TI4CHoD3T7GQhRQZTQFNN5n3LLL-cP0FnCmJ5v4iF-TlJnzuau2XtoNTjil7J1cfgNZdozVgRmzw5LkE3l8Zfcfp0sMi7hbo5J4/s320/talempong.jpg

            Talempong adalah sebuah alat musik khas Minangkabau. Bentuknya hampir sama dengan gamelan dari Jawa. Talempong dapat terbuat dari kuningan, namun ada pula yang terbuat dari kayu dan batu, saat ini talempong dari jenis kuningan lebih banyak digunakan. Talempong ini berbentukbundar pada bagian bawahnya berlobang sedangkan pada bagian atasnya terdapat bundaran yang menonjolberdiameter lima sentimeter sebagai tempat tangga nada(berbeda-beda). Bunyi dihasilkan dari sepasang kayu yang dipukulkan pada permukaannya.

4.      Rabab
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEji3iOEl5h2wwyUHclkvWtQLT15FEbmegoyLYCvk2Uh7o1hU8WE5qQdDrVA9OSOPzhXWvcV3ZBgrladS56ed0LNdEry_4gqFuimdUcFoBlFLw02dEpPvCtM_b-OFi59wMwIS5uQSDEmEl0/s1600/rabab.jpg

            Rabab adalah alat musik gesek tradisional khas Minangkabau yang terbuat dari tempurung kelapa. Dengan rabab ini dapat tersalurkan bakat musik seseorang. Biasanya dalam rabab ini dikisahkan berbagai cerita nagari atau dikenal dengan istilah Kaba.
            Kesenian Rabab sebagai salah satu kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang dalam kebudayaan masyarakat Minangkabau, tersebar dibeberapa daerah dengan wilayah dan komunitas masyarakat yang memiliki jenis dan spesifikasi tertentu.
            Rabab Darek, Rabab Piaman dan Rabab Pasisie merupakan salah satu kesenian tradisional yang cukup berkembang dengan wilayah dan di dukung oleh masyarakat setempat. Rabab Darek tumbuh dan berkembang di daerah darek Minangkabau meliputi Luhak nan Tigo sedangkan Rabab Piaman berkembang di daerah pesisir barat Minangkabau, yang meliputi daerah tepian pantai (pesisir).
5.      Gandang Tabuik
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgiGODd9wQ2mKW_1S5tdaUuYwRE09F1GwXnU1C80AlttfXrOInODBxw8AmHw9qO5f8M20M6Ow5NNp32rhoo3VUlmfzsEfVEaFhmWnZ4SKbVXJYRWO2ZfjuQMf3ahIIHKWEBsPG4jNAYV7M/s1600/gandang-tabuik.jpg

            Tabuik berbentuk bangunan bertingkat tiga terbuat dari kayu, rotan, dan bambu dengan tinggi mencapai 10 meter dan berat sekitar 500 kilogram. Bagian bawah Tabuik berbentuk badan seekor kuda besar bersayap lebar dan berkepala “wanita” cantik berjilbab. Kuda gemuk itu dibuat dari rotan dan bambu dengan dilapisi kain beludru halus warna hitam dan pada empat kakinya terdapat gambar kalajengking menghadap ke atas.
            Kuda tersebut merupakan simbol kendaraan Bouraq yang dalam cerita zaman dulu adalah kendaraan yang memiliki kemampuan terbang secepat kilat. Pada bagian tengah Tabuik berbentuk gapura petak yang ukurannya makin ke atas makin besar dengan dibalut kain beludru dan kertas hias aneka warna yang ditempelkan dengan motif ukiran khas Minangkabau.
            Di bagian bawah dan atas gapura ditancapkan “bungo salapan” (delapan bunga) berbentuk payung dengan dasar kertas warna bermotif ukiran atau batik. Pada bagian puncak Tabuik berbentuk payung besar dibalut kain beludru dan kertas hias yang juga bermotif ukiran.
            Di atas payung ditancapkan patung burung merpati putih. Di kaki Tabuik terdapat empat kayu balok bersilang dengan panjang masing-masing balok sekitar 10 meter. Balok-balok itu digunakan untuk menggotong dan “menghoyak” Tabuik yang dilakukan sekitar 50 orang dewasa.
            Tabuik dibuat oleh dua kelompok masyarakat Pariaman, yakni kelompok Pasar dan kelompok Subarang. Tabuik dibuat di rumah Tabuik secara bersama-sama dengan melibatkan para ahli budaya dengan biaya mencapai puluhan juta rupiah untuk satu Tabuik.


            Musik Minangkabau berupa instrumentalia dan lagu-lagu dari daerah ini pada umumnya bersifat melankolis. Hal ini berkaitan erat dengan struktur masyarakatnya yang memiliki rasa persaudaraan, hubungan kekeluargaan dan kecintaan akan kampung halaman yang tinggi ditunjang dengan kebiasaan pergi/merantau.                                                                                                                                                                                                                        

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANALISIS PUISI "GADIS PEMINTA-MINTA"

Kutipan Dialog “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck”

Puisi karya Amir Hamzah yang berjudul “PADAMU JUA”