MAKALAH ALAT MUSIK TRADISIONAL SUKU MINANGKABAU
MAKALAH
ALAT MUSIK TRADISIONAL
SUKU MINANGKABAU
Disusun guna memenuhi
tugas mata kuliah Manusia dan Kebudayaan Indonesia
Oleh :
Sefila Osie Arzani (2101411034)
Rombel 02 PBSI
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012
ALAT MUSIK TRADISIONAL
MINANGKABAU
1. Saluang
Masyarakat Minangkabau memiliki berbagai macam atraksi
dan kesenian, seperti tari-tarian yang biasa ditampilkan dalam pesta adat
maupun perkawinan. Di antara tari-tarian tersebut misalnya tari pasambahan yang
dimainkan sebagai ucapan selamat datang ataupun ungkapan rasa hormat kepada
tamu istimewa yang baru saja sampai. Kemudian ada Tari Piring dimana bentuk
tarian dengan gerak cepat dari para penarinya sambil memegang piring pada
telapak tangan masing-masing, yang diiringi dengan lagu yang dimainkan oleh
talempong dan saluang.
Alat ini termasuk dari golongan alat musik suling, tapi
lebih sederhana pembuatannya, cukup dengan melubangi talang dengan empat
lubang. Panjang saluang kira-kira 40-60 cm, dengan diameter 3-4 cm. Adapun
kegunaan lain dari talang adalah wadah untuk membuat lemang, salah satu makanan
tradisional Minangkabau. Pemain saluang legendaris bernama Idris Sutan Sati
dengan penyanyinya Syamsimar.
Keutamaan para pemain saluang ini adalah dapat memainkan
saluang dengan meniup dan menarik nafas bersamaan, sehingga peniup saluang
dapat memainkan alat musik itu dari awal dari akhir lagu tanpa putus. Cara
pernafasan ini dikembangkan dengan latihan yang terus menerus. Teknik ini
dinamakan juga sebagai teknik manyisiahkan angok (menyisihkan nafas).
Tiap nagari di Minangkabau mengembangkan cara meniup
saluang, sehingga masing-masing nagari memiliki style tersendiri. Contoh dari
style itu adalah Singgalang, Pariaman, Solok Salayo, Koto Tuo, Suayan dan
Pauah. Style Singgalang dianggap cukup sulit dimainkan oleh pemula, dan
biasanya nada Singgalang ini dimainkan pada awal lagu. Style yang paling sedih
bunyinya adalah Ratok Solok dari daerah Solok.
Dahulu,
kabarnya pemain saluang ini memiliki mantera tersendiri yang berguna untuk
menghipnotis penontonnya. Mantera itu dinamakan Pitunang Nabi Daud. Isi
dari mantera itu kira-kira : Aku malapehan pituang Nabi Daud, buruang
tabang tatagun-tagun, aia mailia tahanti-hanti, takajuik bidodari di dalam
sarugo mandanga bunyi saluang ambo, kununlah anak sidang manusia...... dan
seterusnya.
2. Bansi
Bansi Bentuknya Pendek dan memiliki 7 lubang dan dapat
memainkan lagu-lagu tradisional maupun modern karena memiliki nada standar.
Setelah tahu bentuknya lalu saya coba untuk belajar bansi terlebih dahulu
karena mudah, saya bawakan musik bansi yang ada dalam tari pasambahan, dan
lumayan mudah. Untuk saluang, sampai saat ini masih belajar dengan keras karena
saya anggap orang yang mahir di saluang berarti untuk alat musik tiuplainnya
pasti mudah.
Saat ini saluang lah yang saya anggap mempunyai tingkat
kesulitan yang tinggi dalam memainkannya. Hanya orang-orang yang mempunyai
perasaan yang lembut dan menjiwai terhadap apa yang di bunyikannya.
3. Talempong
Talempong adalah sebuah alat musik khas Minangkabau.
Bentuknya hampir sama dengan gamelan dari Jawa. Talempong dapat terbuat dari
kuningan, namun ada pula yang terbuat dari kayu dan batu, saat ini talempong
dari jenis kuningan lebih banyak digunakan. Talempong ini berbentukbundar pada
bagian bawahnya berlobang sedangkan pada bagian atasnya terdapat bundaran yang
menonjolberdiameter lima sentimeter sebagai tempat tangga nada(berbeda-beda).
Bunyi dihasilkan dari sepasang kayu yang dipukulkan pada permukaannya.
4. Rabab
Rabab adalah alat musik gesek
tradisional khas Minangkabau yang terbuat
dari tempurung kelapa. Dengan rabab
ini dapat tersalurkan bakat musik seseorang.
Biasanya dalam rabab ini dikisahkan berbagai cerita nagari atau dikenal
dengan istilah Kaba.
Kesenian
Rabab sebagai salah satu kesenian tradisional yang
tumbuh dan berkembang dalam kebudayaan
masyarakat Minangkabau,
tersebar dibeberapa daerah dengan wilayah dan komunitas masyarakat yang
memiliki jenis dan spesifikasi tertentu.
Rabab
Darek, Rabab Piaman dan Rabab Pasisie
merupakan salah satu kesenian tradisional yang
cukup berkembang dengan wilayah dan di dukung oleh masyarakat setempat. Rabab
Darek tumbuh dan berkembang di daerah darek Minangkabau meliputi Luhak nan
Tigo sedangkan Rabab Piaman berkembang di daerah
pesisir barat Minangkabau, yang meliputi daerah tepian pantai (pesisir).
5. Gandang Tabuik
Tabuik berbentuk bangunan bertingkat tiga terbuat dari
kayu, rotan, dan bambu dengan tinggi mencapai 10 meter dan berat sekitar 500
kilogram. Bagian bawah Tabuik berbentuk badan seekor kuda besar bersayap lebar
dan berkepala “wanita” cantik berjilbab. Kuda gemuk itu dibuat dari rotan dan
bambu dengan dilapisi kain beludru halus warna hitam dan pada empat kakinya
terdapat gambar kalajengking menghadap ke atas.
Kuda tersebut merupakan simbol kendaraan Bouraq yang
dalam cerita zaman dulu adalah kendaraan yang memiliki kemampuan terbang
secepat kilat. Pada bagian tengah Tabuik berbentuk gapura petak yang ukurannya
makin ke atas makin besar dengan dibalut kain beludru dan kertas hias aneka
warna yang ditempelkan dengan motif ukiran khas Minangkabau.
Di bagian bawah dan atas gapura ditancapkan “bungo
salapan” (delapan bunga) berbentuk payung dengan dasar kertas warna bermotif
ukiran atau batik. Pada bagian puncak Tabuik berbentuk payung besar dibalut
kain beludru dan kertas hias yang juga bermotif ukiran.
Di atas payung ditancapkan patung burung merpati putih.
Di kaki Tabuik terdapat empat kayu balok bersilang dengan panjang masing-masing
balok sekitar 10 meter. Balok-balok itu digunakan untuk menggotong dan
“menghoyak” Tabuik yang dilakukan sekitar 50 orang dewasa.
Tabuik dibuat oleh dua kelompok masyarakat Pariaman,
yakni kelompok Pasar dan kelompok Subarang. Tabuik dibuat di rumah Tabuik
secara bersama-sama dengan melibatkan para ahli budaya dengan biaya mencapai
puluhan juta rupiah untuk satu Tabuik.
Musik Minangkabau berupa instrumentalia dan lagu-lagu
dari daerah ini pada umumnya bersifat melankolis. Hal ini berkaitan erat dengan
struktur masyarakatnya yang memiliki rasa persaudaraan, hubungan kekeluargaan
dan kecintaan akan kampung halaman yang tinggi ditunjang dengan kebiasaan
pergi/merantau.
Komentar
Posting Komentar