LAPORAN FONOLOGI DARI BERBAGAI SUMBER TENTANG VOKAL, KONSONAN , DIFTONG

 








LAPORAN FONOLOGI DARI BERBAGAI SUMBER
TENTANG VOKAL, KONSONAN , DIFTONG

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Fonologi




Disusun Oleh :
Sefila Osie Arzani       ( 2101411034 )
Rombel 02 / PBSI




JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012


MENURUT MARSONO dalam BUKU FONETIK

PENGERTIAN VOKAL     :
Bunyi di sebut vocal ,bila terjadinya tidak ada hambatan pada alat bicara  , jadi tidak ada atikulasi . Hambatan untuk bunyi vocal hanya pada pita suara saja. Karena vocal di hasilkan dengan hambatan pita suara maka pita suara bergetar .glotis dalam keadaan tertutup , tapi tidak rapat sekali . Dengan demikian semua vocal adalah bunyi bahasa.
KLASIFIKASI VOKAL     :
Untuk lebih memudahkan penerimaan klasfikasi vocal , Daniel Jones ,seorang ahli fonetik dari inggris ,memperkenalkan sistem vocal cardinal. Vocal cardinal ialah bunyi vocal yang mempunyai kualitas bunyi tertentu , yang telah dipilih sedemikian rupa untuk di bentuk dalam suatu rangka gambar bunyi.Rangka gambar itu dapat di pakai sebagai acuan perbandingan dalam deskrpsi vocal semestaan bahasa di dunia.
Menurut MARSONO vocal dapat di klasifkasikan berdasarkan tinggi rendahnya lidah, bgian lidah yang bergerak , struktur, dan bentuk bibir.
1. Tinggi Rendahnya Lidah
            Berdasarkan tinggi rendahnya lidah maka vocal dapat di bagi atas   :
a)      Vocal tinggi , misalnya : [ I , u ]
b)      Vocal madya , misalnya : [ e ,Ɛ ,ǝ ,o , ɔ ]
c)      Vocal rendah , misalnya : [ a ,Ƌ ]
2. Bagian Lidah yang Bergerak
            Berdasarkan bagian lidah yang bergerak vocal dapat dibedakan menjadi     :
Ø  Vocal depan , yaitu vocal yang di hasilkan oleh gerakan peranan turun naiknya lidah bgian depan ; misalnya [ і , é ,Ɛ , a ]
Ø  Vocal tengah , yaitu vocal yang di hasilkan oleh gerakan peranan lidah bagian tengah ; misalnya [ ǝ ]
Ø  Vocal belakang , yaitu vocal yang di hasilkan oleh gerakan pranan turun naiknya lidah bagian belakang ( pangkal lidah ) ; misalnya [ u , o , ɔ , q ]
3.Striktur ( stricture )
            Striktur ialah keadaan hubungan posisional articulator aktif  dengan articulator pasif
( Lapowila , 19811 : 18 ) .karena vocal tidak ada artikulasi , maka striktur untuk vocal di tentukan oleh jarang lidah dengan langit-langit.menurut strikturnya maka vocal dapat di bedakan atas    :
1)      Vocal tertutup ( close vowels )
Yaitu vocal yang di bentuk dengan lidah di angkat setinggi mungkin mendekati langit –langit atas batas vocal.vokal tertutup ini dapat di gambarkan terletak pada garis yang menghubungkan antara [i] dengan[u].jadi vocal [i] dan [u] menurut strikturnya merupakan vocal tertutup.
2)      Vocal semiv- tertutup ( half – close )
Yaitu vocal yang di bentuk dengan lidah di angkat dalam ketinggian sepertiga di bawah terttutup atau dua pertiga di atas vocal yang paling rendah,terletak pada garis yang menghubungkan antara vocal [e] dengan [o] .Dengan demikian vocal [e]dan[o] adalh semi-tertutup.
3)      Vocal semi – terbuka ( half-open)
Yaitu vocal yang di bentuk dengan lidah di angkat dalam ketinggian sepetiga di atas vocal yang paling rendh atau dua pertiga di bawah vocal tertutup.Letaknya pada garis yang menghubungkan vocal [ Ɛ ] dengan [ ɔ ] . Dan dengan demikian kedua vocal itu adalah semi – terbuka menurut strikturnya.
4)      Vocal terbuka ( open – vowels )
Yaitu vocal yang di bentuk dengan lidah dalam posisi serendah mungkin, kira-kira pada garis yang menghubungkan [a] dengan [q], dan dengan demikian kedua vocal itu termasuk vocal terbuka.
4.Bentuk Bibir
            Berdasarkan bentuk bibir waktu vocal diucapkan ( jones , 158,16 ), maka vocal dapat di bedakan atas            :
Ø  Vocal bulat ( rounded vowels ) yaitu, vocal yang diucapkan dengan bentuk bibir bulat .bentuk bibir bulat bisa terbuka dan tertutup.contoh jika posisi bibir terbka bulat adla pengucapak huruf [ o ]. Jika bibir tertutup bulat yaitu dengna pengucapan huruf [ o ] dan [u].
Ø  Vocal netral (neutral vowels ), yaitu vocal yang diucapkan dengan bentuk bibir dalam posisinetral, misalnya [ a ]
Ø  Vocal tak bulat  , yaitu vocal yang diucapkan dengan bentuk bibir tidak bulat atay erbentng lebar , misalnya [ I , e ] .
PENGERTIAN KONSONAN        :
            Bunyi di sebut konsonan , bila terjadi dibentuk dengan menghambat arus udara pada sebagian alat bicara, jadi ada arti kulasi.proses hambatan atau artikulasi ini dapat di sertai dengan bergetarnya pita suara , jika hal ini terjadi maka yang terbentuk adalah bunyi konsonan bersuara.
PROSES TERJADINYA KONSONAN    :

MACAM – MACAM KONSONAN           :
A.    Konsonan Hambat Letup ( stops , plosives )
Konsonan hamba letup ialah konsonan yang terjadi dengan hambatn penuh arus udara kemudian hambtan itu di lepaskan secra tiba-tiba.
a.       Konsonan hambat letup bilabial
Konsonan ini terjadi bila penghambat articulator aktifnya adalah bibir bawah dan articulator pasifnya adalah bibir bawah. Contoh pengucapan bunyi [ p ] dan [ b ].
b.      Konsonan hambat letup apiko-dental
Konsonan ini terjadi bila penghambat articulator aktifnya ialah ujung lidah dan articulator pasifnya adalah gigi atas..contoh pengucapan bunyi [ t , d ].
c.       Konsonan hambat letup apiko – alveolar
Konsonan ini terjadi jika penghambat articulator aktifnya adalah ujung lidah dan articulator pasifnya adalah gusi..Contoh pengucapan bunyi [ t , d ]
d.      Konsonan hambat letup apiko – palatal
Konsonan ini terjadi bila articulator aktifnya adalh ujung lidah dan articulator pasifnya adalah langit-langit keras.contoh [ t ,d ]
e.       Konsonan hambat letup medio-palatal
Konsonan ini  terjadi bila articulator aktifnya adalah tengah lidah dan dan articulator pasinya langit- langit keras. Contoh bunyi [ c , j ].
f.       Konsonan hambat letup dorso – velar
Konsonan ini terjadi bila articulator pasifnya langt-langit lunak. Contoh bunyi [ k , g ]
g.      Konsonan hamzah ( glottal plosive , glottal stop )
Konsonan hmzah terjadi dengan menekn rapat yang satu terhadapat yang lain pada seluruh panjangnya pita suara , langit’’ lunak beserta anak tekaknya di keastakn , sehingga arus udara terhambat untuk bebrapa saat.
B. Konsonan Nasal ( nasals)
            Konsonan ini ialah konsonan yang di bentuk dengan menghambat rapat ( menutup ) ialah udara dari paru-paru melalui rongga mulut, jadi strukturnya ialah rapat. Bersamaan dengan ini lngit-langit lunak beserta ank teaknya diturunkan.
Menurut tempat hambatan konsonan ini di bedakan lagi menjadi     :
a)      Konsonan nasal bilabial
Konsonan ini terjadi bila penghambat artikulatornya ialah bibir bawah dan articulator passifnya adalah bibir bawah.nasal yang terjadi adalah [ m ].
b)      Konsonan nasal apiko –alveolar
Konsonan ini terjadi bila articulator aktifnya adalah ujun lidah dan artikulatr pasifnya gui. Nasal yan terjadi adalah [ n ].
c)      Konsonan nasal medio –palatal
Konsonan ini terjadi bila pengambat articulator aktifnya ialah tengha lidah dan artikulaotor pasifnya ialah langit-langit keras, nasal yang terjadi adalah [ n ].
d)     Ksonsonan nasal dorso – velar
Konsonan initerjadi bila proses penghambat itu articulator aktifnya pangkal lidah dan articulator pasinya ialah langit – langit lunak.
C. Konsonan Paduan ( affricates )
            Konsonan paduan adalah konsonan hambatn jenis khusus .proses terjdiny ialah dengan mengambat penuh arus udara dari paru-paru, kemudian hambatan itu di lepaskan secara begeser pelan-pelan.
D.Konsonan Sampingan ( laterals )
            Konsonan sampingan di bentuk dengan mnutup arus udara di tengah rongga mulut sehingga udara keluar melalui kedua samping atau sebuah samping saja.tenmpat artkulasinya adalah ujung lidah dengan gusi.bunyi yang di hasilkan adlah [I].
E.Konsonan Geseran atau Frikatif ( fricatifes,frictions)
            Konsonan jenis ini adalah konsonan yang di bentuk dengan menyempitkan jalanya arus udara yang di hembuskan dari paru-paru., sehingga jalanya udaa terhalng dan keluar dengn cara bergeser.
Menurut tempat erjadinya konsonan ini di bedakan menjadi :
a)      Konsonan  geseran labio-dental
Konsonan ini jika articulator aktifnya ialahbibir bawah dan atikulator pasifnya dalah gigi atas. Bunyi yang terjadi adalah [ f , v ].
b)      Konsonan geseran apiko-dental
Konsonan ini terjadi bila articulator aktfnya ialah ujung lidah dan articulator pasifnya adalah gigi atas.bunyi yang di hasilkan ialah [ Ө , δ ].
c)      Konsonan geseran apiko – palatal
Konsonan ini terjadi bila articulator aktifnya ialah ujung lidah dan articulator pasifnya ialah langit-alangit keras. Bunyi yang di hasilkan adalah [ r ].
d)      Konsonan geseran lamino – alveolar
Konsonan ini trjadi bila articulator aktifnya ialah daun lidah dan ujung lidah sedangkan articulator pasifnya ialah gusi .  bunyi yang di haslkan adalah [ s , z ].
e)      Konsonan geseran apiko – prepalatal
Konsonan ini terjadi bila articulator aktifny adalah ujung lidah dan articulator pasifnya adalah gusi bgian belkng atau langit keras depan ( prepalatal ).bunyi yang di hasilkan adalah [ ʃ ,ȝ].
f)        Konsonan gesekan dorso – velar
Konsonan ini terjadi bila articulator aktifnya pangkal lidah  dan articulator pasinya langit-langit lunak.bunyi yang terjadi adalah [ x ].
g)      Konsonan geseran laringal
Konsonan ini terjadi bila artikulatornya adalah sepasang pita suara.
F.Konsonan Getar (trills , vibrant )
            Konsonan getar adalah konsonan yang di bentuk dengan menghambat jalannya arus udara yang di hembuskan dari paru-paru  secara berulang –ulang dan cepat.
Menurut temapt artikulasinya di bedakan menjadi     :
1.      Konsonan getar apiko-alveolar
Konsonan ini terjadi bila articulator aktif yang menyebabkan proses menggetar itu iallah ujung lidah dan articulator pasifnya ialah gusi.bunyi ynag di hasilkan ialah [ r ].
2.      Konsonan getar uvular
Konsonan yang terjadi bila articulator aktifnya ialah pangkal lidah dan articulator pasifnya adalah anak tekak.bunyi yang di hasilkan adalah [ R ].
G.Konsonan Sentuhan ( Tap )
            Konsonan sentuhan adalah konsonan yang pembentukannya hampir sama dengan getar tetapi proses bergetar itu hanya terjadi satu kali. Penghalangan udara terjadi mnyentuhkan  particulator aktif pada articulator pasif satu kali, jadi strikturnya rapat renggang pendek sekali
H.Konsonan Sentuhan Kuat ( flap )
            Konsonan sentuhan kuat adalah konsonan yang pembentukannya pada prinsipnya sama dengan konsonan sentuhan ( tap ) .perbedaannya , pada sentuhan kuat sebelum articulator aktif  di sentuhkan pada articulator pasif di sertai ancang-ancang lebih dahulu sehingga proses sentuhannya lebih kuat , dan di sebut dengan sentuhan kuat . strikturnya rapat renggang pendek kuat.
I.Semi Vokal
            Bahwa bunyi semi-vokal secara praktis termasuk konsonan tetapi Karena pada waktu di artikulasikan belum membentuk konsonan murni , maka bunyi – bunyi itu di sebut dengan semi-vokal ( cf. Verhaar ,1997:20 ).
Menurut tempat hambatnya di klasifikasikan menjadi :
A.    Semi  vocal bilabial dan labio-dental
Ini terjadi bila articulator aktifnya adalah bibir bawah dan articulator pasifnya adalah bibiratas . bunyi yang di hasilkan adalah [ W] bilabial.
B.     Semi  vocal medio-palatal
Terjaid bila articulator aktifnya adalah tengah liah dan articulator pasifnya ialah langit-langitt keras, bunyi yang di haslkan adalah : [ y ].

DIFTONG
Ciri diftong adalah waktu di ucapkan posisi lidah yang satu dengan yang lain saling berbeda.perbedaan itu menyangkut tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang begerak, serta strikturnya ( jarak lidah dengan langit-langit).
1.      Diftong naik (rising diphthongs )
Ialah vocal yang kedua di ucapkan dengan posisi lidah lebih tinggi dari pada yang pertama.
2.      Diftong turun ( falling diphthongs)
Ialah jika justru posisi lidah yang ke dua diucapkan lebih rendah dari yang pertama .
3.      Diftrong memusat ( centring diphthongs )
Kedua diftrong yang turun dan naik tersebut yang keduanya di ucapkan dengan menggerakkan lidah ke vocal tengah sentral , diftong ini di sebut diftong memusat ( centring diphthongs ).



1.      Pengertian Vokal

Ø  Bunyi vokal adalah bunyi yang arus udaranya tidak mengalami rintangan.
Pada pembentukan vokal tidak ada artikulasi. Hambatan untuk bunyi vokal hanya pada pita suara saja. Hambatan pada pita suara tidak lazim disebut artikulasi. Karena vokal dihasilkan dengan hambatan pita suara maka pita suara bergetar. Posisi glotis dalam keadaan tertutup, tetapi tidak rapat sekali. Dengan demikian, semua vokal termasuk bunyi bersuara (Jones, 1958: 12).
           
Ø  Bunyi Huruf  Vokal adalah Bunyi yang tidak disertai hambatan pada alat bicara , Hambatan hanya terdapat pada pita suara , Tidak terdapat artikulasi , Semua vokal dihasilkan dengan bergetarnya pita suara , Dengan demikian semua vokal adalah bunyi suara.

Ø  Vokal adalah bunyi ujaran yang terjadi karena udara yang keluar dari paru-paru tidak mendapat halangan (Keraf, 1984: 34).

2.      Klasifikasi Vokal

Ø  Klasifikasi Vokal
Berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut, vocal-vokal itu diberi nama :
[i] adalah vokal depan tinggi tak bundar
[e] adalah vokal depan tengah tak bundar
[∂] adalah vokal pusat tengah tak bundar
[o] adalah vokal belakang tengah bundar
[a] adalah vokal pusat rendah tak bundar

Ø Bunyi vokal dapat  diklasifikasikan berdasarkan tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak, struktur, dan bentuk bibir. Berdasarkan tinggi rendahnya lidah, maka vokal  dibedakan adanya vokal tinggi, misalnya bunyi [i, (I), u, (U)]; vokal madya, misalnya [e, (E),o, (O)];   dan    vokal rendah, misalnya bunyi [a, a]. Berdasarkan lidah yang bergerak vokal dibedakan adanya vokal depan, yaitu vokal yang dihasilkan oleh gerakan peranan turun naiknya lidah bagian depan, misalnya bunyi [I, e, E, a] dan [e]; vokal tengah, yaitu vokal yang dihasilkan oleh gerakan peranan lidah bagian tengah, misalnya bunyi [a]; dan vokal belakang, yaitu vokal yang digerakan peranan turun naiknya lidah bagian belakang (pangkal lidah), misalnya bunyi [u, o, o, a]. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar posisi lidah dalam mengucapkan vokal di bawah ini.
                                                     


Gambar 1
Posisi Lidah dalam Mengucapkan Vokal Depan
mulut
 








                                                             [i, e, ə , a]
(Malaberg,1963, Bronstein dan Betrice,1967, Marsono,2006: 30)                                               
Gambar 2
mulutPosisi Lidah dalam Mengucapkan Vokal Tengah



 





a ]
(Malmberg,1963, Bronstein dan Betrice,1967, Marsono,2006: 30)
           
                                  
Gambar 3
Posisi Lidah dalam Mengucapkan Vokal Belakang
mulut
 








[u, o]
(Malmberg,1963, Bronstein dan Betrice,1967, Marsono,2006: 31)

          Struktur ialah keadaan hubungan posisional artikulator aktif dengan artikulator pasif   (Lapoliwa dalam Marsono, 2006: 31). Karena vokal tidak ada artikulasi, maka struktur untuk vokal ditentukan oleh jarak lidah dengan langit-langit. Menurut strukturnya, maka vokal dapat dibedakan atas (1) vokal tertututp (close vowels), yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat setinggi mungkin mendekati langit-langit dalam batas vokal. Vokal tertutup ini dapat digambarkan terletak pada garis yang menghubungkan antara [i] dengan [u]. Jadi, vokal [i] dan [u] menurut strukturnya merupakan vokal tertutup, (2) vokal semi-tertutup (half-close), yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga di bawah tertutup atau dua pertiga di atas vokal yang paling rendah, terletak pada garis yang menghubungkan antara vokal [e] dengan [0]. Dengan demikian, vokal [e] dan [o] adalah semi-tertutup, (3) vokal semi-terbuka(half-open), yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga diatas vokal yang paling rendah atau dua pertiga di bawah vokal tertutup. Letaknya pada garis yang menghubungkan vokal [   ] dengan [   ], dan (4) vokal terbuka (open vowels), yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah dalam posisi serendah mungkin, pada garis yang menghubungkan antara vokal [a] dengan [  ].
Untuk posisi tinggi rendahnya lidah, keadaan lidah mana yang bergerak dan strukturnya secara ringkas dapat dilihat dalam bagan berikut.
Bagan 1
                                               Depan                       Tengah                        Belakang
               Tinggi                                    I                                          Tertutup
                                                                                              a
                                                                         e                             Semi-tertutup
                     Madya                                   u                        o
                                                                                                                                    Semi-terbuka
                     Rendah                                                                            Terbuka

                      (Cf.Jones, 1958; Dodd dan Leo C.Tupan 1961;Marsono,2006:32)

Ø  Menurut bentuk bibir dibedakan adanya vokal bulat dan vokal takbulat. Vokal bulat yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk bibir bulat. Bentuk bibir bulat bisa terbuka atau tertutup, misalnya vokal [o] dan vokal [u] dalam gambar 4 berikut.
      

Gambar 4
oBentuk Bibir Bulat



Vokal tak bulat, yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk bibir tidak bulat atau terbentang lebar, misalnya vokal [i, e, a]. Bentuk bibir terbentang lebar seperti dalam gambar 5 berikut.
Gambar 5
eBentuk Bibir Tak Bulat



Berdasarkan uraian tentang posisi tinggi rendahnya lidah, bagian lidah mana yang bergerak, keadaan struktur, dan bentuk bibir di atas, dapat pula dibuat bagan vokal yang lebih sederhana berikut ini.






Bagan 2
      Vokal Bahasa Indonesia

Depan
tak bulat
Tengah
tak bulat
Belakang
Bulat

Striktur
Tinggi
i

u

Tertutup
Madya
e
ə


O

Rendah
a




Terbuka


3.      Pengertian Konsonan

Ø  Konsonan adalah bunyi bahasa yang dibentuk dengan menghambat arus
udara pada sebagian alat ucap. Dalam hal ini terjadi artikulasi. Proses hambatan
atau artikulasi ini dapat disertai dengan bergetarnya pita suara, sehingga terbentuk bunyi konsonan bersuara. Jika artikulasi itu tidak disertai bergetarnya pita suara, glotis dalam keadaan terbuka akan menghasilkan konsonan tak bersuara.

Ø  Bunyi Huruf Konsonan adalah Bunyi yang dibentuk dengan menghambat arus udara pada sebagian alat bicara, Terdapat artikulasi , Konsonan bersuara adalah konsonan yang dihasilkan dengan bergetarnya pita suara , Konsonan tidak bersuara adalah konsonan yang dihasilkan tanpa bergetarnya pita suara. (Chaer, Abdul, 2009. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta)

Ø  Konsonan adalah bunyi ujaran yang terjadi karena udara yang keluar dari paru-paru mendapat halangan. (Keraf, 1984: 35). Konsonan adalah bunyi bahasa yang dihasilkan dengan menghambat aliran udara pada satu tempat di saluran suara di atas glottis; bunyi bahasa yang dapat berada pada tepi suku kata dan tidak sebagai inti suku kata; fonem yang mewakili bunyi tersebut (Kridalaksana, 1993: 118).


4.      Proses terjadinya konsonan

Ø  Jika bunyi ujaran, ketika udara keluar dari paru-paru mendapat halangan, maka terjadilah bunyi konsonan. Halangan yang dijumpai bermacam-macam, ada hubungan yang bersifat seluruhnya, dan ada pula yang sebagian yaitu dengan menggeser atau mengadukkan arus suara/tabel sehingga menghasilkan konsonan bermacam-macam pula.
Ø  Bunyi konsonan dihasilkan apabila arus udara mendapat hambatan, baik di rongga mulut atau di rongga hidung. Konsonan dalam bahasa Indonesia dapat digolongkan berdasarkan tiga faktor, yaitu:
1. Bergetar tidaknya pita suara; konsonan bersuara dan konsonan tidak bersuara
2. Daerah artikulasi;bilabial, labiodental, alveolar, palatal, velar, glotal.
3. Cara artikulasi; hambat, frikatif ,nasal, getar atau lateral.
(Munirah dalam Fonologi Bahasa Indonesia)
Ø  Konsonan dihasilkan dengan cara merintangi udara saat pembentukanya. Pembedaan konsonan ditentukan oleh tiga faktor : keadaan pita suara, pendekatan alat-alat ucap, dan cara artikulasi.
 (Moelyono dalam Yulianto, 1988:55).
5.      Macam-macam Konsonan

Ø  Berdasarkan keadaan pita suara :
1. Konsonan bersuara (voice consonant), pita suara bergetar. Pita suara dalam keadaan merapat dan merenggang, sehingga bunyi yang dihasilkan berat.. fonem konsonan bersuara /b/,/m/,/w/,/d/,/z/,/n/,/r/,/l/,/j/,/ň/,/y/,/g/,dan /ŋ/
2. Konsonan tak bersuara (voiceless consonant), pita suara lemah dalam getarannya. Pita suara meranggang, sehingga udara mudah masuk. Konsonan /p/,/f/,/t/,/s/./c/,/ś/,/k/,/x/,/?/,dan /h/. Bisa dibuktikan dengan cara menutup lubang telinga rapat-rapat saat mengucapkan.
Ø   Berdasarkan daerah artikulasinya :
1. Konsonan bilabial, dihasilkan mempertemukan bibir bawah dengan bibir atas. Konsonan /p/,/b/,/m/,/w/.
2. Konsonan labiodental, articulator adalah bibir bawah (labium) dengan titik artikulasi gigi atas (dentum). Konsonan /f/,/v/
3. Konsonan apikodental, dihasilkan ujung lidah (apeks) dengan dentum (gigi atas). Konsonan /n/,/t/,/d/
4. Konsonan apikoalveolar, antara ujung lidah dengan lengkung kaki gigi (alveolum). Konsonan /t/,/d/,/l/,/r/
5. Konsonan laminoalveolar, daun lidah (lamina) menyentuh alveolum. /z/ dan /s/
6. Konsonan palatal, tengah lidah (medium) menyentuh palatum (langit-langit keras). Konsonan /c/,/j/,/ś/,/y/,/ň/
7. Konsonan velar, pangkal lidah (dorsum) dengan velum (langit-langit lunak). Konsonan /k/,/g,/x/,/, dan / ŋ/
8. konsonan glottal, glotis dalam keadaa sempit (tertutup). Konsonan stop /?/, dan /h/
Ø   Berdasarkan cara artikulasinya
1. Konsonan hambat (stop), yang dihasilkan dengan cara menutup arus udara rapat sehingga udara terhenti seketika, lalu dilepaskan kembali secara tiba-tiba. Tahap pertama (penutupan) disebut implosive, misal : /p/ pada atap (stop implosif), dan /p/ pada paku (eksplosif)
Bunyi stop lain : /b/,/t/,/d/,/k/,/g/,/?/
2. Konsonan afrikatif (paduan), bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara ditutup rapat, kemudian dilepas seara berangsur-angsur. Misal : /c/,/j/
3. Konsonan Frikatif (geser), yaitu bunyi yang dihasilkan dengan menghambat arus udara sehingga arus udara tetap dapat keluar. Misal : /f/,/v/,/s/,/z/,/ś/,/x/
4. Konsonan tril (getar), dengan cara arus udara ditutup dn dibuka berulang-ulang secara cepat. Misal : /r/
5. Konsonan lateral (samping), dengan cara arus udara ditutup sedemikian rupa sehingga udara masih bisa keluar melalui salah satu atau kedua sisi-sisi rongga mulut. Misal : /l/
6. konsonan nasal (hidung), arus udara yang lewat rongga mulut ditutup rapat, sehingga dialirkan lewat rongga mulut. Misal /m/,/n/,/ň/, dan /ŋ/
Yulianto(1988:39)
Ø  Dibedakan berdasarkan 3 patokan / criteria :
1. Berdasarkan posisi pita suara :
a. Bunyi bersuara, apabila pita suara hanya terbuka sedikit, sehingga
terjadi getaran pada pita suara.
b.Bunyi tidak bersuara, apabila pita suara terbuka agak lebar, sehingga
tidak ada getyaran pada pita suara.
2. Berdasarkan tempat artikulasinya :
a. Bilabial, konsonan yang terjadi pada kedua belah bibir, bibir bawah
merapat pada bibir atas.bunyi [b], [p], dan [m].
b. Labiodental, konsonan yang terjadi pada gigi bawah dan bibir atas,
gigi bawah merapat pada bibir atas, bunyi [f] dan [v].
c. Laminoalveolar, konsonan yang terjadi pada daun lidah dan gusi, daun
lidah menempel pada gusi, bunyi [t] dan [d].
d. Dorsovelar, konsonan yang terjadi pada pangkal lidah dan vlum langitlangit
lunak, bunyi [k] dan [g].
3. Berdasarkan cara artikulasinya :
a. Hambat (letupan, plosive, stop), bunyi [p], [b], [t], [d], dan [g].
b. Geseran atau frikatif, bunyi [f], [s], dan [z].
c. Paduan atau frikatif, bunyi [c] dan [j].
d. Sengauan atau nasal, bunyi [m], [n], dan [η].
e. Getaran atau trill, bunyi [r].
f. Sampingan atau lateral, bunyi [l].
g. Hampiran atau aproksiman, bunyi [w] dan [y].
Unsur Suprasegmental
Dalam suatu runtutan bunyi yang sambung-bersambung terus-menerus diselangseling dengan jeda singkat atau agak singklat, disertai dengan keras lembut bunyi, tinggi rendah bunyi, panjang pendek bunyi, ada bunyi yang dapat disegmentasikan yang disebut bunyi segmental. (file:///F:/KULIAH/SEMESTER%202/Fonologi/2009%20Januari%20%C2%AB%20CERPEN%20LUBIS%20GRAFURA.htm)
Ø Bunyi konsonan biasanya dibedakan berdasarkan tiga kriteria , yaitu posisi pita suara, tempat artikulasi, dan cara artikulasi. Ketiga kriteria tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1)    Posisi pita suara dibedakan adanya bunyi bersuara dan tidak bersuara. Bunyi terjadi apabila hanya pita suara terbuka sedikit, sehingga terjadi getaran pada pita suara. Bunyi bersuara antara lain, bunyi [b], [d], [g], dan [j]. Bunyi tidak bersuara terjadi apabila pita suara terbuka agak lebar, sehingga tidak ada getaran pada pita suara. Bunyi yang termasuk tidak bersuara, antara lain; bunyi [s], [k], [p], [t].
2)    Tempat  artikulasi tidak lain dari pada alat ucap yang digunakan dalam pembentukan bunyi konsonan. Berdasarkan tempat artikulasinya kita mengenal konsonan:
a)      Bilabial, yaitu konsonan yang terjadi pada kedua belah bibir, bibir bawah merapat pada bibir atas. Bunyi yang termasuk konsonan bilabial adalah bunyi [b, b¯], [p, p¯], dan [m, m¯].    
b)      Labio-dental, yaitu konsonan yang terjadi pada gigi atas dan bibir bawah; gigi atas merapat pada bibir bawah. Bunyi yang termasuk konsonan labio-dental adalah bunyi [f¯. f], dan [v].   
c)      Dental/alveoral, yaitu konsonan yang terjadi pada ujung lidah yang ditempelkan pada gusi yang merupakan daerah kasar terletak di belakang gigi atas. Bunyi yang termasuk konsonan dental/alveoral adalah [t,t¯], [d, d¯], [s, s¯], [z, z¯], [n, n¯], [r, r¯], dan [l, l¯].  
d)      Palatal, adalah bunyi yang dibentuk dengan lidah menyentuh langit-langit keras. Bunyi yang termasuk konsonan palatal adalah bunyi [c], [j], [s, s¯], [ň], dan [y].
e)      Velar, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan bagian belakang lidah menyentuh langit-langit lunak. Bunyi yang termasuk konsonan velar adalah bunyi [k, k¯], [g, g¯], [x, x¯], dan [ŋ, ŋ¯]. 
f)        Glotal, pengucapan bunyi glottal atau hamzah tidak terlalu menuntut peggunaan lidah dan bagian mulut yang lain secara aktif. Bunyi yang termasuk konsonan glotal adalah [h, h¯] dan [?, ?¯].
3)    Cara artikulasi, yaitu bagaimana gangguan atau hambatan yang dilakukan terhadap arus udara. Berdasarkan cara artikulasinya konsonan dapat dibedakan menjadi:
a.      Hambat, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan menghambat arus udara yang keluar dari paru-paru, lalu dilepaskan seketika. Bunyi yang termasuk konsonan hambat adalah [p, p¯], [b, b¯], [t, t¯], [d, d¯],[k, k¯] dan [g, g¯].
b.      Geseran, yaitu bunyi yang melibatkan penghambatan arus udara melalui celah sempit. Bunyi yang termasuk konsonan geseran adalah [f, f¯], [s, s¯], [z], [š], [x], dan [h, h¯].
c.       Nasal, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan menghambat rapat jalan udara dari paru-paru melalui rongga hidung. Bunyi yang termasuk konsonan nasal adalah [m, m¯], [n, n¯], [ň], dan [ŋ, ŋ¯]. 
d.      Getar, yaitu bunyi yang dibentuk dengan cara menaikkan ujung lidah dan melengkungkannya ke belakang gusi secara berulang-ulang menempel dan lepas dari gusi. Bunyi yang termasuk konsonan getar adalah [r, r¯].
e.       Lateral, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara menempelkan daun lidah pada gusi dan mengeluarkan udara melalui sisi-sisi lidah. Pada saat bunyi lateral dihasilkan pita suara bergetar. Bunyi termasuk konsonan lateral adalah [l, l¯].
f.        Luncuran, yaitu bunyi yang dihasilkan sebagai bunyi- bunyi transisi. Bunyi yang termasuk transisi adalah [w, u, o], dan [y, i].
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat  bagan fonetik konsonan bahasa Indonesia di bawah:
Bagan 3 Fonetik
                                                       Konsonan Bahasa Indonesia
     Daerah    Artikulasi
Cara
Artikulasi
Bilabial
Labio-
Dental
Dental/
Alveolar
Palatal
Velar
Glotal
Hambat
Tak bersuara
Bersuara

p p¯
b


t  t¯

c
j

k k¯
g

? ?¯
Geseran
Tak bersuara
Bersuara


f  f ¯

s  s¯
z

s


x  x¯

h  h¯
Nasal
m  m¯

n  n¯
n
ŋ ŋ¯

Getar


r



Lateral


l



Luncuran
w





(Munirah dalam Fonologi Bahasa Indonesia)
6.      Diftong

Ø  Dihasilkan dengan kualitas posisi lidah berubah,naik turun. Menurut Daniel Jones dalam Yulianto(1988:39)
Ø  Karena posisi lidah ketika memproduksi bunyi ini pada bagian awalnya dan bagian akhirnya tidak sama. file:///F:/KULIAH/SEMESTER%202/Fonologi/2009%20Januari%20%C2%AB%20CERPEN%20LUBIS%20GRAFURA.htm
Ø  Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi. Marsono mengatakan dalam bukunya yang berjudul Fonetik (2008:19) cetakan ke enam, bahwa diftong termasuk dalam pengklasifikasian bunyi rangkap. Bunyi rangkap adalah bunyi yang terdiri dari dua bunyi dan terdapat dalam satu suku kata (silabel). Diftong itu sendiri merupakan bunyi rangkap vokal. Diftong dalam bahasa Indonesia terdiri dari : ai, au, dan oi. Ciri diftong yaitu waktu diucapkan posisi lidah yang satu dengan yang lain saling berbeda

7.      Proses terjadinya diftong

Ø  Mengenai proses pengeluaran bunyi diftong, kita perlu mengingat bahwa proses pengeluaran bunyi-bunyi bahasa, lidah merupakan alat artikulasi (pertuturan) yang paling aktif dan penting. Untuk menghasilkan bunyi diftong “ai”, lidah dalam keadaan sebagaimana membunyikan vokal “ai”, dan secara cepat geluncurkan lidah ke arah membunyikan vokal “i” pula. Demikian sama halnya dengan cara membunyikan vokal au, dan oi. Kedudukan lidah pada keadaan membunyikan vokal yang ke dua. (Marsono, 2008)
Ø  Marsono mendefinisikan diftong dengan pendapat yang singkat, yaitu bunyi rangkap vokal. Contoh diftong misalnya: landai, aurat, boikot, dll. Definisi tersebut sebenarnya dapat diperjelas bahwa diftong merupakan bunyi rangkap vokal yang diujarkan secara berterusan dalam satu hembusan nafas. Didefinisikan demikian, karena bunyi diftong dapat dihasilkan apabila bunyi satu vokal menggeluncur dengan cepatnya ke suatu vokal lain yang mengikutinya. Ungkapan bunyi rangkap vokal dapat juga diartikan sebagai bukan diftong, seperti pada kata dimulai, disukai, dihargai, dan lain-lain. Vokal “ai” pada kata tersebut merupakan huruf vokal rangkap atau deret vokal. Huruf vokal “i” dalam gandengan “ai” itu adalah akhiran “i”. Oleh sebab itu, gugus “ai” dalam suku kata akhir perkataan-perkataan tersebut bukanlah diftong “ai”.
Ø  Diftong adalah huruf vokal rangkap yang terdapat dalam satu suku kata, biasa disebut juga vokal rangkap
contoh : kau, Harimau dll
Kluster adalah konsonan rangkap yang terdapat dalam satu suku kata contoh : trauma, praktek,dll (http://wwwochasetia.blogspot.com/2010/07/pengertian-diftong-dan-kluster.html)

8.      Klasifikasi Diftong

Ø  Dalam tata bahasa tradisional, diftong adalah dua huruf vokal yang merupakan satu bunyi dalam satu silabel. Posisi lidah ketika mengucapkan bergeser ke atas atau ke bawah. Karena itu, dikenal adanya tiga macam diftong, yaitu diftong naik, diftong turun, dan diftong memusat. Di dalam bahasa Indonesia hanya ada diftong naik. Hampir semua pakar linguistik mengatakan pendapat yang intinya seperti itu untuk kasus diftong. Namun, tidak semua orang yang memandang diftong naik dan diftong turun itu dari posisi lidah, melainkan dari sonoritasnya. Jika vokal ke dua sonoritasnya lebih tinggi, maka disebut diftong naik. Begitu juga sebaliknya, jika sonoritasnya lebih rendah, maka disebut diftong turun. Dengan catatan bahwa sonoritas adalah kenyaringan bunyi, seperti bunyi vokal mempunyai sonoritas yang lebih tinggi daripada konsonan di dalam satu silabel.
Ø   lebar Ling diftong yg terjadi dng perubahan letak lidah yg agak banyak, msl ai pd lantai; -- naik Ling diftong yg bagian paling nyaringnya terdapat sesudah peluncurnya; -- sempit Ling diftong yg terjadi dng sedikit perubahan letak lidah, msl ei pd survei; -- turun Ling diftong yg bagian paling nyaringnya terdapat sebelum peluncurnya, msl au pd harimau (http://www.artikata.com/arti-325226-diftong.html)
Ø  dibagi menjadi 2 macam diftong, yaitu diftong naik, meliputi /ai, au, èi, ui/; dan diftong turun, meliputi /uè, uê, ua, uô/ seperti pada data berikut:
/ai, au, èi, ui/           : sampai, hijau, prei ‘libur’, uijo’sangat hijau’;
/uè, uê, ua, uô/        : uelek ’sangat jelek’, uenteng ’sangat ringan’, sueneng ’sangat senang’, puanas ’sangat panas’, uapik ’sangat baik’, uombo ’sangat lebar’. khususnya diftong, menunjukkan wujud bahasa lingkungan, bahasa Jawa di kota Semarang, yaitu adanya bentuk komparatif dari kosakata afektif dalam bahasa Jawa. Wujud komparatif dalam bahasa Jawa ditandai dengan proses morfologis berupa pengubahan bentuk dasar yang menimbulkan perubahan makna baru, yaitu ‘kesangatan’ (Sudaryanto, 1991:54) sebagai berikut.
Vokal yang berubah   Vokal ubahan                    Hasil pendiftongan
ijo [ijo] ‘hijau’               iju [iju] ‘sangat hijau’          uijo [uijo] ‘sangat hijau’
elek [èlè?] ‘jelek’           elik [èli?] sangat jelek’        uelik [uèli?] ‘sangat jelek’
(http://staff.undip.ac.id/sastra/catur/2010/07/30/bahasa-anak-usia-8-tahun-pada-masyarakat-bilingual/)

Menurut ABDUL CHAER

Vocal adalah bunyi bahasa yang ketika di hasilkan atau di produksi setelah arus keluar dari glottis tidak mendapat hembatan dari alat ucap melainkan hanya di ganggu oleh posisi lidah ,baik vertical maupun horizontal , dan bentuk mulut.
Klasivikasi bunyi-bunyi vocal adalah sebagai berkut            :

a.      Tinggi rendahnya posisi lidah
Berdasarkan tinggi rendhnya posisi lidah bunyi-bunyi vocal dapat di bedakan atas :
Ø  Vocal tinggi atas , seperti bunyi [i] dan [u]
Ø  Vocal tinggi bawah , seperti bunyi []dan [u]
Ø  Vocal sedang atas ,seperti bunyi [e] dan [o]
Ø  Vokal sedang bawah, seperti bunyi [Ɛ] dan [ɔ]
Ø  Vocal sedang tengah, seperti buyi[δ]
Ø  Vocal rendah ,seperti bunyi [a]

b.      Maju mundurnya lidah
§  Vocal depan , seperti bunyi [i],[e] dan [a]
§  Vocal tengah , seperti bunyi [δ]
§  Vocal belakang , seperti bunyi [u] dan [o]
Berkenaan dengan penentuan bunyi vocal berdsarkan posisi lidah ada konsep yang di sebut vocal cardinal ( jones 1958 :18)
c.       Striktur
            Striktur dalam bunyi vocal adalah jarak antara lidah dengan langit-langit keras ( palatum)maka , berdasarkan strikturnya bunyi vocal dapat di bedakan menjadi :
                                                              i.      Vocal tertutup , yang terjadi apabila lidah di angkat setiggi mungkin mendekati langit-langit , seperti bunyi [i] dan bunyi [u]
                                                            ii.      Vocal semi tertutup , ynag terjadi apabila lidah di angkat dalam ketinggian spertiga dibawah vocal tertutup,seperti bunyi [e] , [δ] dan [o]
                                                          iii.      Vokal semi tebruka , yang terjdi apabila lidah di angkat dalam ketinggian sepertiga di atas vocal yang palig rendah seperti bunyi [Ɛ]dan [ɔ]
                                                          iv.      Vocal terbuka , yang terjadi apabila lidah berada dalam posisi serendah mungin , seperti bunyi [a]

d.      Bentuk Mulut
Berdasarkan entuk mulut waktu bunyi vocal itu diproduksi dapat dibedakan :
v  Vocal bundar , yaitu vocal yang di ucapkan dengan bentuk mulut membundar . dalam hal ini ada yg bundar terbuka seperti [ɔ] dan da bundar tertutup seperti bunyi [o] dan [u]
v  Vocal tak bundar , yaitu vocal yang diucapkan dengan bentuk mulut tidak membundar melainkan terbentang melebar , seperti bunyi [i] , [e] dan [Ɛ]
v  Vocal netral , yaitu vocal yang di ucpkan dengana bentuk mulut tidak bundar dan tidak melebar , seperti bunyi [a]
Berdasarkan keempat criteria diatas yang di bicarakan tersebut ,maka nama-nama vocal dapat disebutkan sebagai berikut :
[i] adalah vocal depan ,tinggi (atas), tak bundar, tertutup.
[I] adaah vocal depan ,tinggi ( bawah ), tak bundar tertutup.
[u] adalah vocal belakang ,tinggi ( atas ) ,bundar ,tertutup.
[U] adalah vocal belakang, tinggi ( bawah ), bundar, tertutup.
[e] adalah vocal depan , sedang ( atas ), tak bundar, semi tertutup.
[Ɛ] adalah vocal depan , sedang ( bawah ) tak bundar, semi terbuka.
[δ] adalah vocal tenngah , sedang,takbundar,semi tertutup.
[o] adalah vocal belakang , sedang ( atas ), bundar , semi tertutup.
[ɔ] adalah vocal belakang ,sedang ( bawah ),bundar ,semi terbuka.
[a] adalah vocal belakang, rendah , netral , terbuka.
Bunyi diftong adalah  : konsep diftong berkaitan dengan dua buah vocal dan merupakan satu bunyi dalam satu silabel. Namun , posisi lidah ketika mengucapkan bergeser ke atas atau ke bawah . karena itu di kenali adanya tiga jenis diftong , yaitu diftong naik , diftong turun , dan diftong memusat.
1. diftong naik : terjadi jika vocal yang kedua diucapkan dengan posisi lidah menjadi lebih tinggi dari pada yan pertama . .
            Contoh            : [ ai ]                < gulai >
                                     [ au ]                < pulau >
                                     [ oi  ]               < sekoi >
                                     [δi ]                  < esei >
2. diftong turun : yakni yang terjadi bila vocal kedua diucapkan dengan posisi lidah lebih rendah dari pada yang pertama .dalam bahsa jawa ada diftong turun , contohnya :
            Contoh                        :[ua] pada kata <muarem> “sangat puas “
                                                            < uanteng > “sanagt tenang”
                                    [uo ] pada kata <luoro > “ sangat sakit “
                                                            < duowo > “ sangat panjang “
                                    [uƐ] pada kata < uelek > “ sanagt jelek “
                                                            < ueneteng > “ sanagat ringan “
                                    [ua] pada kata < uempuk > “sangat empuk “
                                                            < luemu > “ sangat gemuk “
3.Diftong memusat yaitu teradi bila vocal keduadi acu oleh sebua atau lebih vocal yang lebih tinggi,




Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANALISIS PUISI "GADIS PEMINTA-MINTA"

Kutipan Dialog “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck”

Puisi karya Amir Hamzah yang berjudul “PADAMU JUA”