KATA SERAPAN

No.
Sansekerta
Jawa Kuna
Indonesia
Analisis
1.       
adi
adi
adi-
Kata adi diserap dari bahasa Sansekerta yang bermakna permulaan; awal; pertama; unggul; hebat sekali. Pada bahasa Jawa Kuna tidak mengalami perubahan apapun, dan dalam bahasa Indonesia bermakna unggul. Namun dalam bahasa Indonesia kata adi tidak dapat berdiri sendiri dan harus bersatu dengan kata lain. Contoh : adidaya
2.       
adhika
dhika
adika
Kata adhika diserap dari bahasa Sansekerta yang bermakna jauh melebihi yang lain; superior; unggul. Dalam bahasa Jawa Kuna tidak mengalami perubahan. Dalam bahasa Indonesia mengalami penyempitan makna yaitu dari superior; unggul, menjadi lebih baik, dan digunakan sebagai gelar untuk orang besar.
3.       
āgama
āgama
agama
Kata agama diserap dari bahasa Sansekerta yang bermakna doktrin atau aturan tradisional yang suci. Dalam bahasa Jawa Kuna bermakna sama dengan bahasa Sansekerta. Sedangkan dalam bahasa Indonesia bermakna ajaran, sistem yg mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kpd Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yg berhubungan dng pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Tidak terjadi perubahan makna.
4.       
aksara
aksara
aksara
Kata aksara berasal dari bahasa Sansekerta yang bermakna huruf; suku kata; suku kata suci; ilmu kesusastraan. Dalam bahasa Jawa Kuna sama dengan bahasa Sansekerta. Dalam bahasa Indonesia bermakna sistem tanda grafis yg digunakan manusia untuk berkomunikasi dan sedikit banyaknya mewakili ujaran; jenis sistem tanda grafis tertentu. Contoh :  aksara Pallawa, aksara Inka
5.       
alpa
alpa
alpa
Kata alpa diserap dari bahasa Sansekerta yang bermakna remeh temeh (meremehkan); kurang baik. Dalam bahasa Jawa Kuna tidak mengalami perubahan. Dan dalam bahasa Indonesia bermakna melalaikan; kurang mengindahkan. Berarti tidak ada perubahan.
6.       
aneka
aneka
aneka
Kata aneka diserap dari bahasa Sanseketa yang bermakna berbeda; bermacam-macam; berjenis-jenis. Dalam bahasa Jawa Kuna bermakna sama dengan bahasa Sansekerta. Dalam bahasa Indonesia bermakna banyak (macamnya, ragamnya); berbagai; berjenis-jenis. Tidak ada perubahan makna dan bentuk.
7.       
antara
antara
antara
Kata antara diserap dari bahasa Sansekerta yang bermakna lain; berbeda. Dalam bahasa Jawa Kuna tidak berubah. Sedangkan dalam bahasa Indonesia bermakna jarak (ruang, jauh) di sela-sela dua benda. Terdapat penyempitan. Karena pada bahasa Sansekerta dan Bahasa Jawa Kuna maknanya adalah berbeda, sedangkan dalam bahasa Indonesia maknanya adalah jarak. Karena pada makna berbeda yaitu keseluruhan berubah. Sedangkan pada makna jarak, hanya sebegian yang berubah.
8.       
anugraha
anugraha
anugerah
Kata anugerah diserap dari bahasa Sansekerta yang bermakna kebaikan hati; pemberian. Sama dengan dalam makna bahasa Jawa Kuna. Dalam bahasa Indonesia bermakna pemberian atau ganjaran dr pihak atas (orang besar dsb) kpd pihak bawah (orang rendah dsb); karunia (dr Tuhan). Tetapi berubah bentuk dari anugraha menjadi anugerah.
9.       
arca
arca
arca
Kata arca diserap dari bahasa Sansekerta yang bermakna pujaan; patung-patungan. Dalam bahasa Jawa kuna maknanya sama. Dan dalam bahasa Indonesia bermakna patung yg terutama dibuat dr batu yg dipahat menyerupai bentuk orang atau binatang. Terdapat menyempitan makna atau fungsi dari kata arca. Yaitu y ang sebelumnya dijadikan sebagai alat pemujaan menjadi patung saja atau hiasan biasa.
10.   
ārya
ārya
arya
Kata arya berasal dari bahasa Sansekerta yang bermakna orang-orang yang berasal dari India Utara. Dalam bahasa Jawa Kuna dan bahasa Indonesia bermakna sama dengan bahasa Sansekerta. Jadi tidak terdapat perubahan makna dan bentuk.
11.   
apriya
apriya
pria
Kata pria diserap dari bahasa Sansekerta yaitu apriya yang berarti lelaki dewasa. Dalam bahasa Jawa Kuna dan bahasa Indonesia tidak terdapat perubahan makna. Namun dalam bahasa Indonesia terdapat perubahan bentuk, dari apriya menjadi pria.
12.   
artha
artha
arta
Kata arta diserap dari bahasa Sansekerta yang bermakna keuntunga; harta benda; uang; kekayaan. Dalam bahasa Jawa Kuna dan bahasa Indonesia tidak mengalami perubahan arti, namun mengalami perubahan bentuk, dari artha menjadi arta.
13.   
āśā
āśā
asa
Kata asa diserap dari bahasa Sansekerta yang berarti kehendak, keinginan, hasrat, harapan. Dalam bahasa Jawa Kuna dan bahasa Indonesia tidak mengalami perubahan arti tetapi pada bahasa Indonesia mengalami perubahan bentuk, dari āśā menjadi asa.
14.   
āsana
āsana
asana
Kata asana diserap dari bahasa Sansekerta yang bermakna tempat duduk; sikap duduk. Dalam bahasa Jawa Kuna dan bahasa Indonesia tidak mengalami perbahan arti, hanya saja pada bahasa Indonesia diperjelas dengan makna sikap kaki yg berbeda-beda menurut dewa yg diwujudkan; tempat duduk. Pada bahasa Indonesia juga terjadi perubahan bentuk, dari āsana menjadi asana.
15.   
bhaġya
bhaġya
bahagia
Bahagia diserap dari bahasa Sansekerta yang bermakna beruntung; selamat. Dalam bahasa Jawa Kuna dan bahasa Indonesia mengalami pergeseran menyempit yaitu menjadi keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dr segala yg menyusahkan) dan perubahan bentuk dari bhaġya menjadi bahagia.
16.   
bāhu
bāhu
bahu
Kata bahu diserap dari bahasa Sansekerta yang bermakna lengan. Dalam bahasa Jawa Kuna tidak mengalami pergeseran makna, tetapi pada bahasa Indonesia mengalami penyempitan makna dari lengan menjadi lebih spesifik, yaitu pundak (antara leher dan pangkal lengan). Serta mengalami perubahan bentuk dari bāhu menjadi bahu.
17.   
bhakti
bhakti
bakti
Kata bakti diserap dari bahasa Sansekerta yang bermakna pengikatan diri; pernyataan rasa hormat. Dalam bahasa Jawa Kuna dan bahasa Indonesia tidak mengalami perubahan makna. Namun mengalami perubahan bentuk yaitu dari bhakti menjadi bakti.
18.   
bala
bala
bala
Kata bala berasal dari bahasa Sansekerta yang bermakna kekuatan; kekuasaan; pasukan; tentara. Dalam bahasa Jawa Kuna dan bahasa Indonesia tidak mengalami pergeseran makna dan tidak mengalami perubahan bentuk kata.
19.   
wisa
bisa
bisa
Kata bisa berasal dari bahasa Sansekerta yang bermakna racun. Dalam bahasa jawa kuna dan bahasa indonesia tidak terdapat perubahan makna dan bentuk kata.
20.   
brata
brata
brata
Kata brata berasal dari bahasa Sansekerta yang bermakna adat-istiadat; cara hidup suci. Dalam bahasa jawa kuna sama dengan dalam bahasa sansekerta. Namun dalam bahasa indonesia terjadi pergeseran makna meluas, yaitu dari makna cara hidup suci kemudian menjadi tindakan pengendalian diri.
21.   
buddhi
buddhi
budi
Kata budi berasal dri bahasa sansekerta yang bermakna akal; hati; watak; tabiat. Dalam bahasa jawa kuna dan bahasa indonesia tidak terdapat perubahan makna, namun terjadi perubahan bentuk kata dari buddhi menjadi budi.
22.   
bhūmi
bhūmi
bumi
Kata bumi berasal dari bahasa sansekerta yang bermakna tanah; daratan; negeri. Dalam bahasa jawa kuna tidak terjadi pergeseran makna dan bentuk kata, namundalam bahasa indonesia terjadi pergeseran makna menyempit, yaitu yang awalnya bermakna tanah; daratan, menjadi planet tempat manusia hidup; dunia; jagat. Dan mengalami perubahan bentuk kata, dari bhūmi menjadi bumi.
23.   
cakra
cakra
cakra
Kata cakra berasal dari bahasa sansekerta yang bermakna roda; cakram atau senjata bundar dan tajam. Dalam bahasa jawa kuna dan bahasa indonesia tidak terjadi pergeseran makna dan perubahan bentuk kata.
24.   
durjana
durjana
durjana
Kata durjana diserap dari bhs sansekrta yang bermakna penjahat. Dalam bahasa jawa kuna dan bahasa indonesia tidak terjadi perubahan apapun.
25.   
dūta
dūta
duta
Kata duta diserap dari bahasa sansekerta yang bermakna utusan. Hanya terdapat perubahan bentuk kata pada bahasa jawa kuna ke indonesia.
26.   
dāsa
dāsa
dasa
Kata dasa diserap dari bahasa sansekerta yang bermakna sepuluh. Dalam bahasa jawa kuna dan bahasa indonesia tidak terdapat perubahan apapun.
27.   
desá
desá
desa
Kata desa berasal dari bahasa sansekerta yang bermakna daerah, wilayah atau tempat. Dalam bahasa jawa kuna tidak terjadi perubahan makna dan bentuk kata. Namun dalam bahasa indonesia terdapat perbedaan bentuk kata dan mengalami perluasan makna dari yang hanya bermakna wilayah, menjadi kesatuan wilayah yg dihuni oleh sejumlah keluarga yg mempunyai sistem pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang kepala desa)
28.   
dewa
ddewa
dewa
Kata dewa berasal dari bahasa sansekrta yang bermakna raja, pangeran. Dalam bahasa jawa kuna tidak terdapat perubahan apapun. Dalam bahasa Indonesia terdapat pergeseran makna meluas menjadi roh yg dianggap atau dipercayai sbg manusia halus yg berkuasa atas alam dan manusia: orang atau sesuatu yg sangat dipuja.
29.   
dīrghāyuh
dīrghāyuh
dirgahayu
Kata dirgahayu diserap dari bahasa sansekerta yang bermakna berusia panjang. Dalam bahasa jawa kuna tidak terdapat perubahan apapun. Sedangkan dalam bahasa indonesia terdapat perubahan bentuk kata dari dīrghāyuh menjadi dirgahayu, dan mengalami pergeseran makna menyemput dari berusia panjang menjadi berumur panjang (biasanya ditujukan kpd negara atau organisasi yg sedang memperingati hari jadinya)
30.   
eka
eka
eka
Kata eka diserap dari bahasa sansekerta yang bermakna satu, bersama-sama. Dalam bahasa jawa kuna dan bahasa indonesia tidak terdapat perubahan makna dan perubahan bentuk kata.
31.   
Jagat
Jagat
Jagat
acaryiii   kata jagat diserap dari bahasa Sansekerta yang bermakna dunia. Pada bahasa Jawa Kuno tidak mengalami perubahan apapun, dan dalam bahasa Indonesia juga tidak mengalami perubahan makna.
32.   

Jajan
Jajan
Kata jajan diserap dari bahasa Jawa Kuno yang berarti jenis ikan yang khas. Pada bahasa Indonesia kata jajan berarti kue, panganan; -- pasar penganan buah-buahan dsb yang dibeli dari pasar untuk pelengkap sesaji. Kata jajan mengalami perluasan makna, dari yang hanya berarti jenis ikan yang khas menjadi segala jenis makanan khususnya yang dibeli dipasar.
33.   
Jambu
Jambu
Jambu
Kata Jambu diserap dari bahasa Sansekerta yang berarti Pohon jambu (Eugenia Jambolana dan jenis-jenis yang lain) dan buahnya. Dalam bahasa Indonesia kata jambu tidak mengalami perubahan apapun.
34.   
Jati
Jati
Jati
Kata Jati diserap dari bahasa Sansekerta yang berarti kelahiran, bentuk eksistensi yang ditentukan oleh kelahiran; derajat, kasta, keluarga, bangsa; status sejati atau asli dari sesuatu). Dalam bahasa Jawa Kuno tidak mengalami perubahan apapun. Dalam bahasa Indonesia juga kata Jati tidak mengalami perubahan apapun.
35.   
Jaya
Jaya
Jaya
Kata Jaya diserap dari bahasa Sansekerta yang artinya penaklukan kemenangan, jaya; seruan “kemenangan!”; menang. Dalam bahasa Jawa Kuno tidak mengalami perubahan apapun. Dalam bahasa Indonesia kata jaya berarti hebat (selalu berhasil); sukses. Jadi kata Jaya tidak mengalami perubahan apa pun.
36.   
Jiwa
Jiwa
Jiwa
Kata Jiwa diserap dari bahasa Sansekerta bermakna hidup, eksistensi; prinsip hidup, jiwa individu. Dalam bahasa Jawa Kuno tidak mengalami perubahan apapun. Dalam bahasa Indonesia bermakna roh manusia (yang ada di dalam tubuh dan menyebabkan hidup); nyawa. Jadi dalam bahasa Indonesia kata Jiwa tidak mengalami pergeseran makna.
37.   
Kāla
Kala
Kala
Kata kāla diserap dari bahasa Sansekerta yang bermakna waktu. Dalam bahasa Jawa Kuno tidak mengalami perubahan apapun. Dalam bahasa Indonesia tidak mengalami pergesaran makna tetapi terjadi perubahan bentuk kata dari kāla menjadi kala.
38.   
Kanigara
Kanigara
Kanigara
Kata kanigara diserap dari bahasa Sansekerta yang bermakna jenis pohon yang khas dengan bunga-bunga kuning. Dalam bahasa Jawa Kuno dan bahasa Indonesia kata Kanigara tidak mengalami perubahan apapun baik pergeseran makna maupun perubahan bentuk.
39.   
karpasa
kapas
kapas
Kata kapas diserap dari bahasa Sansekerta yang berarti pohon kapas, kapas. Dalam bahasa Jawa Kuno dan bahasa Indonesia kata kapas mengalami perubahan bentuk yaitu dari Karpasa bahasa Sansekerta menjadi Kapas.
40.   
Kirana
Kirana
Kirana
Kata kirana diserap dari bahasa Sansekerta yang bermakna sinar. Dalam bahasa Jawa Kuno dan bahasa Indonesia tidak mengalami perubahan apapun.
41.   
laksana
laksana
laksana
Kata laksana diserap dari bahasa Sansekerta yang berarti tanda. Dalam bahasa Jawa Kuno dan Bahasa Indonesia kata laksana tidak mengalami perubahan apapun.
42.   
laksmi
laksmi
laksmi
Kata laksmi diserap dari bahasa Sansekerta yang bermakna kecantikan. Dalam bahasa Jawa Kuno dan bahasa Indonesia tidak mengalami perubahan apapun.
43.   
mahādewi
mahādewi
mahadewi
Kata mahādewi diserap dari bahasa Sansekerta yang berarti isteri raja. Dalam bahasa jawa kuno tidak mengalami perubahan apapun. Dalam bahasa Indonesia mengalami perubahan bentuk dari mahādewi menjadi mahadewi.
44.   
maja
maja
maja
Kata maja diserap dari bahasa Sansekerta yang berarti pohon maja dan buahnya. Dalam bahasa Jawa Kuno dan bahasa Indonesia kata maja tidak mengalami perubahan apapun.
45.   
maṇḍala
maṇḍala
mandala
Kata mandala diserap dari bahasa Sansekerta yang berarti barang sesuatu yang bulat. Dalam bahasa Jawa Kuno tidak mengalami perubahan apapun. Dalam bahasa Indonesia mengalami perubahan bentuk yaitu dari maṇḍala menjadi mandala.
46.   
mantra
mantra
mantra
Kata mantra diserap dari bahasa Sansekerta yang berarti teks suci, do’a. Dalam bahasa jawa kuno tidak mengalami perubahan apapun. Dalam bahasa Indonesia juga tidak mengalami perubahan apapun.
47.   
mārga
mārga
marga
Kata mārga diserap dari bahasa Sansekerta bermakna jalan. Dalam bahasa Jawa Kuno tidak mengalami perubahan apapun. Dalam bahasa Indonesia mengalami perubahan bentuk dari mārga menjadi marga.
48.   
masa
masa
masa
Kata masa diserap dari bahasa Sansekerta yang berarti bulan (baik untuk kalender bulan maupun kalender pertanian), musim. Dalam bahasa Jawa Kuno tidak megalami perubahan apapun. Dalam bahasa Indonesia mengalami perluasan makna yaitu tidak hanya bulan, musim saja melainkan waktu, ketika, saat, zaman.
49.   
maya
maya
maya
Kata maya diserap dari bahasa Sansekerta yang berarti khayal, ketidak nyataan. Dalam bahasa Jawa Kuno dan bahasa Indonesia tidak mengalami perubahan apapun.
50.   
megha
megha
mega
Kata megha diserap dari bahasa Sansekerta yang berarti awan. Dalam bahasa Jawa Kuno tidak mengalami perubahan apapun, sedangkan dalam bahasa Indonesia mengalami perubahan bentuk dari megha menjadi mega.
51.   
nāda
nāda
nada
Kata nāda diserap dari bahasa Sansekerta yang artinya bunyi keras, deru, aum, raung, dsb; suara atau bunyi apa saja. Dalam bahasa Jawa Kuno ridak mengalami perubahan apapun. Dalam bahasa Indonesia mengalami perubahan bentuk dari nāda menjadi nada.
52.   
nāga
nāga
naga
Kata nāga diserap dari bahasa Sansekerta yang artinya ular. Dalam bahasa Jawa Kuno tidak mengalami perubahan apapun, sedangkan dalam bahasa Indonesia mengalami perubahan bentuk yaitu dari nāga menjadi naga.
53.   
nila
nila
nila
Kata nila diserap dari bahasa Sansekerta yang bermakna berwarna gelap, khusus biru tua. Dalam bahasa Jawa Kuno dan bahasa Indonesia tidak mengalami perubahan apapun.
54.   

pạṣti
pasti
Kata pạṣti diserap dari bahasa Jawa Kuno yang berarti tertentu, nyata, jelas. Dalam bahasa Indonesia mengalami perubahan bentuk dari pạṣti menjadi pasti.
55.   
pustaka
pustaka
pustaka
Kata pustaka diserap dari bahasa Sansekerta yang berarti buku, kitab. Dalam bahasa Jawa Kuno dan bahasa Indonesia tidak mengalami perubahan apapun.
56.   
rāja
rāja
raja
Kata rāja berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti yang berkuasa, pemimpin. Dalam bahasa Jawa Kuno tidak ada perubahan apapun, sedangkan dalam bahasa Indonesia mengalami perubahan bentuk yaitu dari rāja menjadi raja.
57.   
rana
rana
rana
Kata rana berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti peperangan. Dalam bahasa Jawa Kuno dan bahasa Indonesia tidak megalami perubahan apapun.
58.   
rūpa
rūpa
rupa
Kata rūpa diserap dari bahasa Sansekerta yang berarti perwujudan atau warna luar. Dalam bahasa Jawa Kuno tidak mengalami perubahan apapun, sedangkan dalam bahasa Indonesia mengalami perubahan bentuk dari rūpa menjadi rupa.
TUGAS BAHASA JAWA KUNA
No
Sansekerta
Bahasa Jawa Kuno
Bahasa Indonesia
Analisis
1
sebda
śabda
sabda
Kata sabda di serap dari bahasa sansekerta dari sebda, mengalami perubahan bentuk, yang artinya kata atau ucapan, dalam bahasa jawa kuno juga mengalami perubahan bentuk yang bermakna ucapan, dan dalam bahasa Indonesia juga mengalami perubahan bentuk yang berarti ucapan, kata ataupun berkata.
2
Sabet
sabet
Sabet
Kata sabet dalam bahasa sansekerta mengalami
Kata sabet mengalami pergeseran makna menyempit. Kata sabet dalam bahasa Jawa Kuno berarti mencambuk, dalam bahasa Indonesia lebih dispesifikkan lagi menjadi memukul dengan tali atau benda lain yang panjang kecil.
3
Sampir
Sampir
Sampir
Kata sampir mengalami pergeseran makna menyempit. Kata sampir dalam bahasa Jawa Kuno berarti selendang yang bisa digunakan untuk menutup apapun, sedangkan dalam bahasa Indonesia lebih dispesifikkan lagi menjadi bagian yang menjadi sarung keris, menutup keris sebelah atas.
4
Sana
Sana
Sana
Kata sana mengalami pergeseran makna menyempit. Kata sana dalam bahasa Jawa Kuno berarti semua tempat kediaman, sedangkan dalam bahasa Indonesia kata sana diartikan sebagai penunjuk tempat yang jauh (dianggap jauh dari pembicaraan).
5
Sapih
Sapih
Sapih
Kata sapih mengalami pergeseran makna menyempit. Kata sapih dalam bahasa Jawa Kuno diartikan sebagai pengakhiran semua hal, sedangkan dalam bahasa Indonesia kata sapih diartikan sebagai menyarak, atau menghentikan anak menyusu ibu.
6
Gadung
Gadung
Gadung
Kata gadung mengalami pergeseran makna menyempit. Kata gadung dalam bahasa Jawa Kuno umbi-umbian, dalam bahasa Indonesia lebih dispesifikkan lagi menjadi tumbuhan melilit, umbinya memabukkan kalau dimakan langsung, tetapi jika direndam dahulu dl abu basah, racunnya akan hilang atau menjadi berkurang, yang mempunyai nama latin Dioscorea hispida.
7
Galah
Galah
Galah
Kata galah mengalami pergeseran makna menyempit. Kata galah dalam bahasa Jawa Kuno berarti batang, dalam bahasa Indonesia lebih dispesifikkan lagi menjadi tongkat yg panjang.
8
Galeng
Galeng
Galeng
 Kata galeng mengalami pergeseran makna menyempit. Kata galeng dalam bahasa Jawa Kuno berarti batas, dalam bahasa Indonesia lebih dispesifikkan lagi menjadi batas antara sawah yang satu dengan sawah yang lain atau biasa disebut dengan pematang sawah.
9
Ganti
Ganti
Ganti
Kata ganti tidak mengalami pergeseran makna. Kata ganti dalam bahasa Jawa Kuno memiliki arti yang hampir sama dengan bahasa Indonesia.
10
Gantung
Gantung
Gantung
Kata gantung mengalami pergeseran makna meluas. Kata gantung dalam bahasa Jawa Kuno berarti tersangkut di atas, sedangkan dalam bahasa Indonesia kata gantung dapat diartikan tersangkut dimanapun.
11
Henti
Henti
Henti
Kata ganti mengalami pergeseran makna total. Kata ganti dalam bahasa Jawa Kuno berarti binasa, mempunyai arti yang berbeda dalam bahasa Indonesia yaitu keadaan tanpa gerak.
12
Hilang
Hilang
Hilang
Kata henti tidak mengalami pergeseran. Kata henti dalam bahasa Jawa Kuno dan bahasa Indonesia mempunyai makna yang hampir sama.
13
Idem
Idem
Idem
Kata idem mengalami pergeseran makna total karena antara makna yang ada dalam bahasa Jawa Kuno dan yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia mengalami perbedaan yang cukup signifikan
14
Imbang
Imbang
Imbang
Kata imbang tidak mengalami pergeseran. Kata imbang dalam bahasa Jawa Kuno dan bahasa Indonesia mempunyai makna yang hampir sama
15
Inang
Inang
Inang
Kata inang mengalami pergeseran makna menyempit. Kata inang dalam bahasa Jawa Kuno berarti ibu, dalam bahasa Indonesia lebih dispesifikkan lagi yaitu perempuan yg merawat anak tuannya
16
Indik
Indik
Indik
Kata indik mengalami pergeseran makna menyempit. Kata indik dalam bahasa Jawa Kuno berarti mendekati, sedangkan dalam bahasa Indonesia lebih dispesifikkan lagi menjadi mendekati dng berjalan membungkuk atau merangkak supaya tidak diketahui yg didekati.
17
Iring
Iring
Iring
Kata iring mengalami pergeseran makna menyempit. Kata iring dalam bahasa Jawa Kuno berarti menyertai, dalam bahasa Indonesia lebih dispesifikkan lagi menjadi berjalan berturut-turut.
18
Irung
Irung
Irung
Kata irung mengalami pergeseran makna total. Kata irung dalam bahasa Jawa Kuno berarti binasa, mempunyai arti yang berbeda dalam bahasa Indonesia yaitu keadaan tanpa gerak.
19
Irus
Irus
Irus
Kata irus mengalami pergeseran makna menyempit. Kata irus dalam bahasa Jawa Kuno berarti sendok sayur, sedangkan dalam bahasa Indonesia lebih dispesifikkan lagi menjadi sendok besar yang cekung, terbuat dari tempurung kelapa untuk menyendok sayur dari kuali.
20
Jambak
Jambak
Jambak
Kata jambak tidak mengalami perubahan makna. Kata jambak dalam bahasa Jawa Kuno dan bahasa Indonesia mempunyai makna yang sama
21
Jambu
Jambu
Jambu
Kata jambu mengalami pergeseran makna menyempit. Kata jambu dalam bahasa Jawa Kuno berarti pohon dan buahnya, dalam bahasa Indonesia lebih dispesifikkan lagi menjadi buahnya saja.
22
Wayang
Wayang
Wayang
wayang mengalami perluasan makna karena dalam bahasa jawa kuno, wayang hanya dapat terbuat dari belulang tetapi ketika sudah diserap dalam bahasa Indonesia, wayang dapat terbuat dari kulit, kayu yang dimanfaatkan untuk pertunjukan drama tradisional.
23
Tangan
Tangan
Tangan
tangan mengalami penyempitan makna karena dalam bahasa Indonesia tangan terbatas dr siku sampai ke ujung jari atau dr pergelangan sampai ujung jari dan dapat merupakan simbol kekuasaan, sedangkan dalam bahasa jawa kuno hanya dejelaskan bahwa tangan merupakan anggota badan untuk memegang
24
Suduk
Suduk
Suduk
suduk mengalami penyempitan makna karena dalam bahasa Jawa Kuno suduk dapat berarti tusuk, menikam, sedangkan dalam bahasa Indonesia suduk hanya bermakna menikam
25
Sendhang
Sendhang
Sendhang
Sendhang mengalami perluasan makna karena dalam bahasa Jawa Kuno sendhang hanya berfungsi sebaga sumber air sedangkan dalam bahasa Indonesia sendhang juga berfungsi sebagai tempat untuk melakukan aktivitas seperti mandi dan mencuci.
26
Sengit
Sengit
Sengit
sengit mengalami perluasan makna karena dalam bahasa Jawa Kuno sengit hanya berarti tidak menyenangkan sedangkan dalam bahasa Indonesia sengit dapat berarti tajam, keras, dan sangat menyakiti hati.
27
Pentil
Pentil
Pentil
Pentil mengalami perluasan makna karena dalam bahasa Jawa Kuno pentil hanya berarti buah yang masih kecil tetapi setelah diserap ke dalam bahasa Indonesia, pentil meluas makna nya menjadi puting susu atau buah yang masih muda










































Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANALISIS PUISI "GADIS PEMINTA-MINTA"

Kutipan Dialog “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck”

Puisi karya Amir Hamzah yang berjudul “PADAMU JUA”