ANALISIS TEKS DRAMA “MALING”

            





ANALISIS TEKS DRAMA “MALING”
Disusun untuk Memenuhi TugasApresiasi Drama
DosenPengampu :Drs. L.M. Budiyati, M.Pd.

Rombel: 02
Oleh :
ImaniyaSafitri (2101411040)




JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012
            Analisis naskah drama “MALING” karya Puntung C.M. Pudjadi :
A.  Unsur Intrinsik
1.      Tema : ketidaktegasan seorang pemimpin (Lurah)
2.      Amanat : jadilah seorang pemimpin yang tegas dan bijaksana sehingga dapat menangani masalah yang ada dengan baik dan jujur, jangan mementingkan urusan pribadi dari pada urusan yang sifatnya umum, dan jangan menyepelehkan pendapat warganya.
3.      Tokoh dan Penokohan :
a.        Lurah : kurang tegas, tidak cepat, namun semua itu dilakukan karena ia tidak mao gegabah dalam bertindak. Dapat dibuktikan dalam dialog :
“....Pak lurah dalam menghadapi persoalan ini kurang tegas....kurang cepat,” kata Jakabaya, “.....ini sebetulnya bukan berarti apa-apa, terus terang dalam menghadapi persoalan ini saya tidak mau grusa-grusu”, kata Pak lurah.
b.        Jakabaya : tidak sabaran, ingin cepat-cepat menyelesaikan masalah yang ada. Dapat dibuktikan dalam dialog :
“.....Pak jakabaya? Sabar toh, sabar, kalau memang Pak jakabaya tidak setuju mari kita rembuk secara baik-baik,” kata Pak lurah, “.....tiap hari saya datang kemari, tiap hari saya ribut dengan Pak lurah.....tapi Pak lurah cuma diam, cuma plonga-plongo, ” kata Jakabaya.
c.         Carik : bijaksana, dapat dibuktikan dalam dialog :
“....untuk mengadakan ronda kampung memang perlu juga,....sebab untuk mengatasi nekatnya maling yang kurang ajar itu,” kata Carik.
d.        Wongso Kariyo : orang yang telah membunuh maling yang sudah menjadi permasalahan dikampungnya dan melaporkan pada Pak lurah. Dapat dibuktikan dalam dialog :
“Pak lurah saya telah membunuh orang!....maling itu telah saya bunuh!...siang tadi aku sudah membeli racun tikus, dan sore waktu maling itu datang seperti biasanya langsung makan malam dirumah saya. Dia tidak tahu bahwa makanan itu telah saya campuri dengan racun tikus tadi....saya cuma mengharapkan maling itu klenger, tapi malah mati....” kata Wongso Karyo.
4.      Alur (plot) : alur yang digunakan dalam teks drama tersebut yaitu menggunakan alur maju, karena dalam cerita drama itu diuraikan sebuah peristiwa secara runtut, dari awal cerita hingga akhir cetita. Dapat dibuktikan dalam dialog :
“....sebagai seorang lurah, saya tidak akan berdiam diri menghadapi persoalan ini,....berapa banyak penduduk yang menderita kerugian akibat gangguan maling itu,...kita perlu meronda untuk mengatasi nekatnya si maling yang kurang ajar itu.. ”
“.....maling itu telah saya bunuh!....siang tadi aku sudah membeli racun tikus, dan sore waktu maling itu datang seperti biasanya langsung makan malam dirumah saya. Dia tidak tahu bahwa makanan itu telah saya campuri dengan racun tikus tadi....saya cuma mengharapkan maling itu klenger, tapi malah mati”.
5.      Latar (setting) :
a.        Aspek ruang : di pendopo kelurahan, dapat dibuktikan dalam dialog :
“pentas menggambarkan sebuah pendapa kelurahan”
b.        Aspek waktu : malam hari, dapat dibuktikan dalam dialog :
“malam hari itu, Lurah sedang berbincang-bincang dengan Jakabaya dan Carik ”
c.         Aspek suasana : menegangkan dan mengkhawatirkan, dapat dibuktikan dalam dialog :
“Pak lurah, saya telah membunuh orang!....” kata Wongso Kariyo.
“apa? Kau telah membunuh orang!!!!” jawab Pak lurah dan kawan-kawan.
“maling itu telah saya bunuh!....” kata Wongso Kariyo.
6.      Tikaian atau Konflik
Tikaian konflik yang terjadi dalam cerita drama tersebut adalah sikap yang tidak tegas dan tidak cepat yang dilakukan pemimpin desa (Lurah) terhadap masalah yang terjadi didesanya yaitu kejahatan seorang maling, banyak warga yang sudah menjadi korban kemalingan, namun Lurah tersebut belom bertindak apapun dalam kejadian itu. Salah satu warga yaitu Jagabaya bersikeras membujuk Pak lurah agar segera bertindak, namun pak lurah tidak begitu memeperhatiakannya. Dia malah bersemangat menyiapkan penyambutan Pak Bupati dengan acara-acara kesenian. Itu semua membuat Jagabaya marah.
7.      Cakapan : berbentuk dialog yang dilakukan oleh empat orang, yaitu Lurah, Jagabaya, Carik, Wongso Kariyo. Contoh :
W : “Pak lurah, saya telah membunuh orang! Pak lurah, saya telah membunuh orang! Hebat Pak lurah, orang itu bisa saya bunuh”.
L/J/P : “Apa? Kau telah membunuh orang!!!!”
W          : “Edan! Saya telah membunuh orang!”
L            : “Tenang! Tenang!coba ceritakan dengan jelas”.
W          : “Edan! Orang itu bisa saya bunuh sendiri,!”
8.      Pendekatan
a.        Pendekatan emotif
Merupakan pendekatan yang bersaha menemukan unsur-unsur yang mengubah perasaan pembaca yang dapat berhubungan dengan keindahan penyajian bentuk maupun isi atau gagasan yang menarik. Pendekatan ini dapat dilihat ketika perdebatan yang terjadi antara Pak lurah dengan Jagabaya mengenai masalah yang sedang terjadi didesanya. Hal ini yang menjadi konflik utama dalam drama “MALING”.
b.        Pendekatan analitis
Merupakan pendekatan yang berusaha memahami, menampilkan, mengimajinasikan gagasan pengarang, serta mekanisme hubungan unsur intrinsik sehingga membangun keselarasan dan kesatuan. Pendekatan analitis diperoleh dengan cara,menganalisis unsur pembangun drama seperti diatas.
c.         Pendekatan historis
Merupakan pendekatan yang menekankan pemahaman tentang biografi pengarang serta bagaimana perkembangan kehidupan pada umumnya dari zaman ke zaman. Hal inin dapat ditemukan dengan menganalisis dram tersebut dari latar belakang pengarang yaitu Puntung C.M. Pudjadi.
d.        Pendekatan sosiopsokologis
Pendekatan ini digunakan untuk menganalisisdengan keadaan sosial budaya, yaitu penyambutan kedatangan Bapak Bupati dengan berbagai acara-acara kesenian yang dilakukan oleh pemuda-pemuda desa. Karena sang Bupati seorang pecinta kesenian.
e.         Pendekatan didaktis
Merupakan pendekatan yang dilakukan melalui upaya memahami satuan-satuan pokok pikiran yang terdapat dalam suatu karya sastra sehingga dapat menyimpulkan nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Pendekatan ini sebagai evaluasi dari konflik yang terjadi dalam drama “MALING”, evalusi terdapat di bagian akhir cerita drama tersebut yaitu tertangkapnya maling itu dalam keadaan mati karena keracunan, dan ternyata maling itu adalah adik lelaki Pak lurah sendiri.





Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANALISIS PUISI "GADIS PEMINTA-MINTA"

Kutipan Dialog “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck”

Puisi karya Amir Hamzah yang berjudul “PADAMU JUA”