Analisis Puisi
Nama : Sefila Osie Arzani
NIM : 2101411034
Rombel : 02 PBSI
ANALISIS
PUISI
Puisi yang digunakan adalah Puisi karya Toto Sudarto
Bahtiar yang berjudul ‘Gadis Peminta-minta’.
Gadis Peminta-Minta
setiap kita ketemu,gadis kecil
berkaleng kecil
senyummu terlalu kekal untuk kenal duka
tengadah padaku,pada bulan merah jambu
tapi kotaku jadi hilang,tanpa jiwa
senyummu terlalu kekal untuk kenal duka
tengadah padaku,pada bulan merah jambu
tapi kotaku jadi hilang,tanpa jiwa
ingin aku ikut ,gadis kecil
berkaleng kecil
pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok
hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan
gembira dari kemajuan riang
pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok
hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan
gembira dari kemajuan riang
duniamu lebih tinggi dari menara
katedral
melintas-lintas diatas air kotor,tapi yang begitu kau hafal
jiwa begitu murni,terlalu murni
untuk bisa membagi dukaku
melintas-lintas diatas air kotor,tapi yang begitu kau hafal
jiwa begitu murni,terlalu murni
untuk bisa membagi dukaku
kalau kau mati,gadis kecil berkaleng
kecil
bulan diatas itu,tak ada yang punya
dan kotaku,,,ah kotaku hidupnya tak lagi punya tanda
bulan diatas itu,tak ada yang punya
dan kotaku,,,ah kotaku hidupnya tak lagi punya tanda
Struktural Roman Ingarden
Roman Ingarden dalam bukunya Das Literarische
Kuntswerk (via Rachmat Djoko Pradopo, 2002; 14-20) meneyebutkan lima lapisan
sebagai berikut :
Lapis Bunyi
Lapis norma pertama adalah lapis bunyi (sound
stratum), yang merupakan serangkaian bunyi. Lapis bunyi mempunyai tujuan untuk
menciptakan efek puitis dan nilai seni. Toto tidak terikat dengan rima dalam
penulisan puisi Gadis Peminta-Minta (GPM). Meskipun tidak terikat dengan rima,
namun ada baris-baris puisinya yang mengandung persamaan bunyi baris.
setiap kita ketemu,gadis kecil
berkaleng kecil
senyummu terlalu kekal untuk kenal duka
tengadah padaku,pada bulan merah jambu
tapi kotaku jadi hilang,tanpa jiwa
senyummu terlalu kekal untuk kenal duka
tengadah padaku,pada bulan merah jambu
tapi kotaku jadi hilang,tanpa jiwa
Bait pertama baris pertama
ber-asonansi a dan i, kedua u dan a, ketiga a dan
u, keempat a.
hidup dari kehidupan angan-angan
yang gemerlapan
Bait kedua baris ketiga memiliki
bunyi aliterasi n, pada kehidupan, angan-angan, gemerlapan.
melintas-lintas diatas air
kotor,tapi yang begitu kau hafal
Bait ketiga baris kedua memiliki
bunyi aliterasi s pada kata melintas, lintas, di atas. Bait keempat
tidak memiliki bunyi baris. Sedangkan untuk bait keempat tidak mengandung
persamaan bunyi dalam baris.
Lapis Arti
Lapis bunyi mendasari timbulnya lapis kedua, yaitu
lapis arti. Bunyi-bunyi pada puisi yang tersusun rapi tersebut mengandung makna
yang dapat dipahami pembaca.
Pada bait pertama pengarang menempatkan dirinya
sebagai si aku yang bertemu dengan gadis peminta-minta yang membawa kaleng
kecil di tanganya guna menyimpan uang belas kasihan dari orang lain. Setiap
bertemu dengan gadis kecil itu, ‘aku’ merasa terharu melihat gadis sekecil itu
sudah bekerja mencari uang. Apalagi saat hari kasih sayang valentein, gadis
kecil belum bisa mendapatkan kebahagaiaan.
Pada bait kedua menggabarkan keingintahuan ‘aku’ untuk
mencari tahu kehidupan gadis kecil. Ia mengikutinya hingga ke tempat
tinggalnya, di bawah jembatan yang kumuh, jauh dari kehidupan maju yang berada
di atas jembatan.
Pada bait ketiga ‘aku’ merasa bahwa gadis kecil itu
berhak mendapatkan hidup yang lebih layak dari ini, karena ia telah banyak
menderita. Terlalu sering menderita sehingga ‘aku’ tak berani membandingkan
kesedihannya dengan duka anak kecil itu.
Pada bait keempat ‘aku’ merasa sedih membayangkan jika
tak ada gadis kecil seperti itu di dunia ini. Bulan yang menjadi lampu jika
malam tiba, tidak akan merasa dibutuhkan oleh manusia, sebab semua orang
terlalu sibuk untuk memikirkan bahkan membutuhkan bulan.
Lapis Ketiga
Lapisan ini muncul setelah lapis bunyi dan lapis arti.
Wujud dari lapis ketiga ini berupa latar, pelaku, objek, dunia pengarang, dan
sebagainya, yang dikemukakan dalam puisi. Dalam puisi GPM terdapat tokoh gais
kecil dan ‘aku’. Objek yang digunakan adalah pekerjaan gadis kecil, kaleng
kecil yang selalu dibawa. Sedangkan untuk latar tempat adalah di kota, bawah
jembatan. Untuk latar suasana adalah pada malam hari, karena terdapat bulan
merah jambu. Kita bisa melihat bulan hanya waktu hari gelap. Yang dibuktikan
pada baris
Tengadah padaku, pada bulan merah
jambu
Lapis Dunia
Lapis pembentuk makna dalam sajak ialah lapis ‘dunia’
yang tak dinyatakan, namun sudah implisit tergambar dalam puisi. Meskipun dalam
puisi GPM tidak disebutkan fisik gadis kecil, namun dalam benak pembaca sudah
bisa menggambarkan sosok gadis kecil, berpakaian compng-camping, dan berjalan
membawa kaleng kecil.
Lapis Metafisis
Setelah mengerti keempat lapisan sebelumnya, pada
lapisan kelima ini menyebabkan pembaca berkontemplasi terhadap puisi tersebut.
Dalam puisi GPM berupa ketragisan hidup gadis kecil. Gadis yang seharusnya
bermain dengan teman sebayanya di sekolah, harus meminta-minta.
Komentar
Posting Komentar